“Kriuuuukkkkk.. duh, malu sekali suara perut keronconganku sampai terdengar keras” Kataku dalam hati sambil tersenyum kecil menahan malu. Wajar saja belum kuisikan nasi kedalam perutku sejak siang tadi. Kak Abud mengambil sebuah micyang ada didalam bis, kemudian memberitahukan kepada kami bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB untuk bersiap-siap turun dari dalam bis. Because, it’s time for dinnerdi lokal resto “Pring Sewu”, Ciperna.
Horaayy,aku rasa setelah ini perutku tidak akan bersuara kembali sama seperti tadi. Selesai makan, aku dan teman-teman lainnya pergi ke toiletuntuk mengganti pakaian ataupun mencuci muka dan lain-lainnya. Kemudian kami kembali ke dalam bis dan melanjutkan perjalanan menuju Jawa Tengah. Karena sudah larut malam, aku pun tertidur lelap bersender ke arah jendela dengan begitu saja. Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang begitu keras.
Dengan spontan aku terbangun dari tidur lelapku. Jantungku berdetak kencang. Kubuka gordyn jendala bis dan aku terkejut melihat bis kami ternyata berjalan melawan arah. “astaga, mengapa bis kami bisa berada dijalur jalan yang tidak sesuai?” Pertanyaan itu muncul dibenak pikiranku. Namun tidak terpikirkan terlalu lama karena setelah itu aku kembali tertidur lelap.
“Day two(Jumat, 27 Mei 2016)”
Terdengar kecil suara jarum jam tanganku bergerak, aku pun terbangun dan langsung melihat jam tanganku menunjukkan pukul 05.00 WIB kami tiba di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang. Aku baru sadar ternyata bisku yang sampai di MAJT dengan tepat waktu. Sambil menunggu bis-bis lain aku menghampiri Kak Citra untuk meminta ijinnya karena aku akan SS dan membersihkan tubuh. Kebetulan tidak hanya aku yang mengalami hal itu, tetapi teman perempuanku yang lain pun juga ingin pergi ke toilet.
Selesai sudah kami pun terlihat fresh, wangi dan rapih kembali. Muncul suatu pertanyaan dari pikiranku “dimana bis-bis yang lainnya? Kenapa belum sampai?”. Lalu aku mendengar suatu informasi dari temanku, Katanya “bis-bis yang lain sedang berhenti di rest area, karena semalam terjebak macet dan bis 3 (Tiga) mengalami kendala kerusakan mesin dipertengahan jalan. Setelah aku tahu jawabannya aku langsung saja pergi untuk mengambil tas kamera, dan mengeluarkan kameraku. “Cekrek, cekrek” bunyi kameraku saat aku mengambil beberapa gambar arstitektur MAJT.
Terdiri dari lantai 1 (Satu) sampai dengan lantai 19 (Sembilan belas). Ini yang paling indah menurutku, ditengah area Masjid terdapat 6 (Enam) payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi. Payung raksasa ini dibuka hanya setiap salat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha. Namun yang sangat disayangkan di area Masjid ini kurang terjaga kebersihannya.
Saya rasa bukan karena petugas kebersihannya yang tidak rajin pada pekerjaannya tetapi, para pengunjung wisata ataupun pengunjung lainnya yang kurang mencintai kebersihan. Setelah selesai mengambil gambar arsitektur dan fotografi jurnalistik, aku dan teman-teman diberikan kotak makan untuk sarapan pagi oleh para pemandu wisata.
Perjalanan selanjutnya kami pun berangkat menuju Museum Kereta Api Uap Ambarawa. Teriknya matahari begitu menyinari kepala dan wajahku. Astaga, aku lupa untuk menggunakan topi. Topiku tertinggal didalam bis, apa daya aku tidak berencana untuk kembali kedalam bis dan menggambil topi. Karena sudah terlanjur penasaran dengan Museum Kereta Api Uap Ambarawa. Ketika aku masuk, disetiap dinding dipenuhi dengan bingkai-bingkai sejarah Ambarawa mulai dari zaman dahulu hingga sekarang. Terlalu asyik dengan bingkai-bingkai tersebut, aku mendengar teman sekelompokku memanggilku untuk segera ikut rombongan pertama menaiki kereta bersama mereka.
Segera aku berlari sambil membawa kamera dan tas kecilku. Wah, aku duduk tepat sekali didepan bersama dengan kelompokku. Tttuutttt….tuuuttt.. pertanda kereta ini akan segera jalan. Aku merasa senang menaiki kereta api yang pernah berjaya pada zamannya ini, sampai-sampai beberapa anak TK dengan gembira berusaha lari mengejar kereta yang kunaiki dan melambaikan tangan mereka.