Sebagai anak tunggal, tentunya tidak mudah untuk mendapatkan izin dan restu dari keluarga. Banyak pergulatan dan pertentangan yang harus dihadapi oleh Fr. Amadea sebelum akhirnya dapat terjun di dalam perjalanan menjadi imam hingga saat ini.
Ibu Fr. Amadea adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Sebagai anak bungsu yang hanya memiliki 1 anak, yaitu Fr. Amadea, hal ini yang kemudian menjadi pertimbangan yang berat bagi kedua orang tuanya di dalam menentukan pilihan hidup selanjutnya bagi anak satu-satunya.
Setelah menghadapi proses yang penuh pergulatan, akhirnya Fr. Amadea mendapatkan izin penuh dari keluarganya.
Ini menjadi sebuah pengorbanan keluarga dalam mempersembahkan anak tunggalnya untuk bekerja di ladang Tuhan dengan menjadi calon imam.
Pendidikan Menjadi Imam
Pendidikan tidak hanya didapatkan oleh masyarakat secara umum saja, namun menempuh pendidikan juga tidak kalah pentingnya bagi para calon imam.
"Pendidikan sangat penting karena tugas imam adalah memimpin, menyucikan atau menguduskan, dan mengajar umat. Jika imam tidak terdidik, umat bisa terjerumus dalam ajaran iman atau moral yang keliru," ujar Fr. Amadea.
"Syarat utama menjadi imam adalah menempuh studi filsafat dan teologi," tambah Fr. Amadea.
Setelah lulus SMP, Fr. Amadea melanjutkan pendidikannya di Seminari Mertoyudan yang merupakan tempat pendidikan dan pembentukan dari bagi para calon imam yang setara dengan tingkat SMA.
Fr. Amadea masuk ke Seminari Mertoyudan ini pada tahun 2010, tepatnya pada umur 15 tahun.