Mohon tunggu...
Retno Logia
Retno Logia Mohon Tunggu... lainnya -

Islam | Asli Jawa \r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengidentifikasi Gerakan Islam Fundamentalis

28 Oktober 2014   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:26 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengantar .

Akhir- akhir ini , umat Islam di Indonesia diresahkan oleh merebaknya teror yang dilakukan oleh kelompok Islam yang beraliran fundamentalis . secara psikologis , gencarnya aktivitas teror yang dilakukan oleh mereka berakibat pada munculnya persepsi negatif , perasaan apriori ( anitpati ) dan menjauhi kegiatan dakwah islamiyah untuk mewujudkna masyarakat takwa di masyarakat . Oleh karena itu , penulis berusaha memberikan pengetahuan bagi masyarakat untuk  mengenali pemikiran dan gerakan yang mengarah ke aktivitas fundamentalisme , sehingga masyarakat tidak diselimuti kekhawatiran dan dapat bersikap obyektive dalam menilai pengajian – pengajian yang ada .

Pengertian Islam fundamentalis .

Penggunaan kata fundamentalis memiliki konteks kesaam dengan penggunaan kata radikal , revivalis , ekslusif , militant dan teroris  ( Ahmaed 2003 :42) .  Secara kebahasaan , fundamentalisme adalah gerakan keagamaan yang bersifat kaku dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat ( secara tekstual ) di dalam kitab suci.

Dalam Bahasa Arab , istilah fundamentalisme sama dengan kata tatharruf yang berartu berdiri di ujung , jauh dari pertengahan , berlebihan dalam sesuatu . Dalam teks- tes Al-quran diartikan  sebagai berikut :

1.Sikap ghuluw.

Sikap ghuluw  (melampaui batas atau berlebih-berlebihan) dalam agama adalah sikap yang tercela dan dilarang oleh syariat. Sikap ini tidak akan mendatangkan kebaikan bagi pelakunya; juga tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam segala urusan. Terlebih lagi dalam urusan agama.

Banyak sekali dalil-dalil al-Qur'ân dan Sunnah yang memperingatkan dan mengharamkan ghuluw atau sikap melampaui batas tersebut.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْيَاأَهْلَالْكِتَابِلَاتَغْلُوافِيدِينِكُمْغَيْرَالْحَقِّوَلَاتَتَّبِعُواأَهْوَاءَقَوْمٍقَدْضَلُّوامِنْقَبْلُوَأَضَلُّوا

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [al-Mâ`idah/5:77]

Dalam hadits yang diriwayatkan dari `Abdullah bin Abbâs Radhiyallahu anhu, dia berkata: "Pada pagi hari di Jumratul Aqabah ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di atas kendaraan, beliau berkata kepadaku: “Ambillah beberapa buah batu untukku!” Maka aku pun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan melontar jumrah. Kemudian beliau berkata:

أَمْثَالَهَؤُلاَءِفَارْمُوْاثُمَّقَالَيَاأَيُّهَاالنَّاسُإِيَّاكُمْوَالْغُلُوَّفِيالدِّينِفَإِنَّهُأَهْلَكَمَنْكَانَقَبْلَكُمُالْغُلُوُّفِيالدِّينِ

“Lemparlah dengan batu seperti ini!” kemudian beliau melanjutkan:
“Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama.

2. Tanaththu’ (Sikap Ekstrem).
`Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda:

هَلَكَالمُتَنَطِّعُوْنَ

“Celakalah orang-orang yang ekstrim!” Beliau mengucapkannya tiga kali.”[3]

3.Tasyaddud (Memberat-Beratkan Diri).
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَتُشَدِّدُوْاعَلَىأَنْفُسِكُمْفَيُشَدِّدُاللهُعَلَيْكُمْفَإِنَّقَوْمًاشَدَّدُوْاعَلَىأَنْفُسِهِمْفَشَدَّدَاللهُعَلَيْهِمْفَتِلْكَبَقَايَاُهْمفِيالصَّوَامِعِوَالدِّيَارِوَرَهْبَانِيَّةًابْتَدَعُوْهَامَاكَتَبْنَاهَاعَلَيْهِمْ

"Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka."[4]

Dalam hadits lain pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun