Mohon tunggu...
Retno
Retno Mohon Tunggu... -

Ibu dari penyandang autis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memilih Diet untuk Kasus Autis

29 Maret 2017   00:39 Diperbarui: 29 Maret 2017   10:00 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia maya sekarang sedang dihebohkan dengan munculnya macam-macam diet, seperti diet ketosis, diet food combining, diet GAPS, diet Atkins, selain diet yang sudah dikenal lama dimasyarakat, yaitu diet GFCFSF Fenol F Soy F Corn F ayam negeri F beras putih F beras ketan F ikan laut F salt F (untuk singkatnya diet ini saya namakan Diet Master). Dari macam-macam diet itu, manakah yang terbaik untuk kasus autis? Atau jelasnya, manakah dari macam-macam diet ini yang bisa menyembuhkan kasus autis? Jawabannya tidak ada satupun. Lho koq? Ya iyalah. Kan semua diet ini berasumsi "berjalan dengan sistem pencernaan yang baik". Kalau pencernaannya nggak baik gimana? Ya nggak jalan jadinya..

Sebelum kita memulai diet, kita harus tahu dong apakah kasus kita cocok dengan diet yang ditawarkan. Untuk kasus autis, kasus ini berakar dari leaky gut, yaitu kasus infeksi pencernaan, dimana usus anak baret2, bengkak, bolong2, boncel2. Mau diet seperti apapun kalau anak tidak dapat menyerap, diet itu tidak akan ada gunanya. Karena itulah anak autis harus diberikan enzim setiap makan, yaitu gunanya untuk dapat menyerap makanan yang dia makan. Kebayang nggak, kalau anak diberikan nutrisi premium seperti buah dan sayur serba organik, ayam kampung organik, ikan organik, susu organik, tapi anak nggak bisa menyerap? Percuma kan? Semua akan dibuang jadi feses.

Okelah kalau begitu. Sekarang bagaimana kalau anak diberikan enzim, manakah dari diet2 tersebut yang bisa menyembuhkan kasus autis? Jawabannya nggak ada juga. Karena autism terlalu kompleks untuk dapat diselesaikan dengan hanya diet.

Lalu apa kenapa sih ada yang bilang kalau skip makanan ini jadi mendingan, skip makanan itu jadi bagus, apakah ada makanan yang nggak dibutuhkan anak autis? Semua jenis makanan dibutuhkan oleh anak koq. Mari kita kupas satu2 :

Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber tenaga. Apakah anda dapat melawan infeksi bisa anda skip karbohidrat? Saya rasa kecuali kalau anda obesitas (dimana anda punya cadangan energi dalam bentuk lemak), anda akan sangat membutuhkan karbohidrat untuk energi melawan penyakit. Saya ingat, dulu jaman saya masih SMP saya pernah sakit tipus parah. Padahal saya nggak gemuk2 amat, tapi saya coba memanfaatkan kondisi saya untuk jadi kurus dengan malas makan. Akibatnya, dihari ketiga saya sakit, saya tiba2 pingsan saat saya berjalan  dari kamar tidur ke dapur (padahal jaraknya nggak jauh, cuma 7 meter doang. Langsung saya dipapah yu Parni ke kamar, dikasi minum teh madu. Lalu pelan2 kesadaran saya kembali pulih. Kebayang nggak anak yang infeksi sistemik seperti autis tidak anda kasi makan karbo? Waduuhhh no comment deh..

Protein

Protein berguna sebagai zat pembangun, kata pelajaran SD dulu. Emang benar loh, tanpa protein, bagaimana sel2 dapat berjalan baik. Hormon pun dibuat dari protein. Protein sangat dibutuhkan terutama untuk masa pertumbungan. Tapi jangan lupa, zat buangan dari protein adalah amonia. Makan tinggi protein berefek makin tinggi pula amonia tubuh. Hati dan ginjal bekerja keras membuang amonia. Apalagi protein adalah makanan bakteri dan bakteri merubah protein menjadi amonia. Maka nggak heran kalau terdeteksi kadar amonia anak autis tuh tinggi.

eatwell-58da9f375f23bd6c74f4e646.jpeg
eatwell-58da9f375f23bd6c74f4e646.jpeg
Buah dan Sayur

Waahh golongan ini juga penting lhooo untuk tubuh, karena tinggi vitamin, mineral, dan antioksidant. Anak autis penting mengkonsumsi buah dan sayur untuk melawan penyakit.

Lemak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun