Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Refleksi HLUN: Cita-cita Menjadi Lansia Bahagia, Sehat Jiwa, dan Raga

4 Juni 2024   12:15 Diperbarui: 4 Juni 2024   12:25 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lansia Bahagia (Sumber Gambar: kemenkopmk.go.id)

Sobat Kompasiana, setiap tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Seketika pikiran Ibun Enok menerawang jauh, ingin sekali kelak saat menginjak lanjut usia atau sudah pensiun menjadi lansia yang bahagia, sehat jiwa dan raga. Ibun Enok bersyukur tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dikenal dengan Angka Harapan Hidup tinggi. Dahulu, kakek buyut Ibun Enok sendiri (biasa dipanggil "kaki") meninggal di usia 115 dan nenek meninggal di usia 103.

Kalau melihat data statistik yang ada, berdasarkan situs yogyakarta.bps.go.id, Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) merupakan salah satu indikator yang menunjukkan perbaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). AHH didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir dan mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Dengan demikian AHH menjadi indikator yang menilai kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan penduduk.

Lebih lanjut, data AHH menurut Provinsi Tahun 2023 menunjukkan penduduk DIY berada pada level yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Untuk kategori pria, DIY mencatatkan AHH tertinggi dengan rata-rata 73.48 tahun. Sedangkan untuk wanita, DKI Jakarta memimpin dengan AHH tertinggi yakni 78.43 tahun. 

Berdasarkan data BPS DIY yang menggunakan metode baru dalam pengukuran AHH, Metode baru Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) Provinsi DIY Tahun 2023 sebesar 75.12. Untuk perempuannya yaitu 77.03 tahun, lebih tinggi daripada laki laki yang hanya 73.40 tahun. Disini terlihat untuk lingkup DIY, wanita memiliki harapan hidup lebih tinggi daripada pria. 

Faktor apa yang menyebabkan tingginya AHH DIY? Faktor pendorongnya adalah perbaikan kualitas kesehatan penduduk, terutama pada kelompok bayi, balita, dan wanita berusia subur. Perbaikan kualitas kesehatan ini ditandai oleh tingkat kemudahan penduduk dalam mengakses sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan kualitas asupan gizi, serta berkurangnya angka kesakitan. Jadi, untuk mencapai AHH tinggi kata kuncinya adalah peningkatan kesehatan, baik fisik maupun mental. 

Secara global, negara Jepang menjadi negara Asia pertama dengan populasi lansia terbanyak di dunia tahun 2024, mengalahkan rekor negara-negara Barat seperti Italia dan Finlandia. Berdasarkan data United Nation Population Division tahun 2024, jumlah orang berusia 65 tahun ke atas di Jepang telah mencapai 36,2 juta jiwa, atau sekitar 30,2% dari total populasi. Saat ini, rata-rata harapan hidup di Jepang adalah 84,7 tahun untuk wanita dan 81,6 tahun untuk pria, yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia (goodstats.id). 

Tidak hanya itu, lansia di Jepang banyak yang telah mencapai usia 100 (centenarian). Geriatri.id mengungkap bahwa populasi centenarian di Jepang telah mencapai rekor tertinggi sebanyak 86.510 orang atau meningkat 6.060 dari tahun 2020. Artinya satu dari 1.450 orang Jepang berusia di atas 100 tahun.

Salah satu faktor yang mendukung harapan hidup di Jepang adalah penyediaan sistem kesehatan khusus lansia yang disebut "kaigo", menyediakan fasilitas dan tenaga medis profesional. Tidak hanya sekedar penyediaan panti jompo atau pos pelayanan terpadu lansia.

Ibun Enok pun kembali mereview beberapa pendekatan dalam perkembangan lansia yang pernah didapat di bangku kuliah, salah satunya teori aktivitas yang diperlukan pada lansia yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. 

Pendekatan Lansia berdasarkan Teori Psikososial dalam Gerontologi

Situs id.wikipedia.org membahas secara gamblang beberapa teori psikososial yang digunakan dalam memahami perkembangan lansia, diantaranya teori keterasingan, teori aktivitas, teori keberlanjutan, dan social exchange theory.

1. Teori Keterasingan (Disengagement theory) Elaine Cumming dan William Henry

Dalam proses tahap perkembangannya, lansia akan secara perlahan memisahkan diri dari ikatan interaksi sosial, sampai tersisa hanya ikatan sosial yang sangat penting saja, yaitu interaksi yang penting untuk bertahan hidup. Kemampuan lansia untuk menjadi anggota sebuah masyarakat menjadi hilang sampai akhirnya lansia bersedia menerima kematiannya. Teori ini banyak menuai kritikan dan penolakan, karena mengasumsikan pula bahwa keterlibatan dalam kehidupan sosial tidak baik bagi para lansia.

Di negara Jepang sendiri banyak terjadi lansia dengan kasus "kematian sunyi" (lonely death). Maksudnya disini adalah kondisi ketika seseorang meninggal tanpa ada orang lain yang menyaksikannya, dengan jangka waktu tertentu sebelum jenazahnya ditemukan. 

Menurut liputan m.antaranews.com (2024), survei terbaru yang dilakukan Badan Kepolisian Nasional (National Police Agency/NPA) Jepang menunjukkan bahwa 17.034 warga lansia di Jepang yang hidup seorang diri meninggal di rumah dalam periode Januari-Maret. Hal ini menunjukkan bahwa lansia disana dalam kondisi terasing, sendiri, dan jauh dari interaksi sosial. 

2. Teori Aktivitas J. Havigrust

Berdasarkan teori ini, lansia akan lebih bahagia apabila tetap melakukan kegiatan atau aktivitas dan interaksi sosial. Aktivitas yang bermakna bagi lansia dapat membantu menggantikan peran yang hilang (misalnya setelah masa pensiun) dan mengatasi keterbatasan dalam berinteraksi sosial.

Pendekatan ini dipandang lebih positif dan diterima secara lebih luas apabila dibandingkan teori keterasingan. Namun, teori ini dianggap masih kurang lengkap karena mengabaikan faktor kesehatan dan ekonomi yang sangat penting untuk menentukan apakah para lansia dapat mengikuti aktivitas untuk tetap aktif sebagaimana disarankan dalam teori ini. Di sisi lain, sebagian lansia juga tidak terlalu berminat dalam menerima tantangan-tantangan baru.

Ibun Enok jadi ingat ketika tinggal di Jepang melihat banyak warga lansia yang masih aktif dan terlihat enjoy beraktivitas di kebun sayur depan rumah, menjadi sukarelawan tenaga kebersihan, bersepeda, naik kendaraan umum sendiri dan mengikuti kegiatan-kegiatan event di balai kota. Hal ini menunjukkan bahwa terus beraktivitas menjadi sangat penting bagi lansia.

Sukarelawan Kebersihan Lansia Jepang (Sumber gambar: koleksi pribadi)
Sukarelawan Kebersihan Lansia Jepang (Sumber gambar: koleksi pribadi)

3. Teori Keberlanjutan (Continuity Theory)

Dalam pandangan teori ini, proses penuaan dapat terjadi semakin cepat apabila tahap adaptasi lingkungan rendah. Sebaliknya, proses penuaan akan berlangsung secara alamiah (usia 60-an tahun) dengan mengandaikan tahap interaksi dengan lingkungannya berjalan dengan baik.

4. Social Exchange Theory

Teori ini berpendapat bahwa lansia akan berjuang menjalankan hari tua dengan baik, melalui interaksi sosial. Hampir mirip dengan teori keberlanjutan, interaksi sosial lansia dapat berpengaruh terhadap proses penuaannya. Dengan kata lain kalau lansia pintar bergaul dengan masyarakat, maka dengan itu pula proses penuaannya akan sedikit diredam.

Nah, dengan memahami beberapa pendekatan psikososial tersebut, dapat diambil kesimpulan upaya untuk menjadi lansia yang bahagia, sehat jiwa dan raga dengan melakukan hal-hal positif sebagai berikut:

1. Tetap beraktivitas yang bermakna atau mengerjakan hobi, disesuaikan dengan kondisi lansia

2. Tetap menjalin interaksi sosial yang baik dengan lingkungan sekitar, misalnya bergabung dengan kelompok-kelompok lansia, menjalin komunikasi hangat dengan anak atau keluarga.

3. Tetap berpikir positif, bersemangat dan optimis dalam menjalani hidup

4. Olahraga ringan secara rutin, misalnya jalan kaki, bersepeda, senam lansia dan sebagainya.

5. Menjaga pola makan sehat dan rutin tidur siang

6. Selalu bersyukur dan mendekatkan diri pada Tuhan dalam berbagai kondisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun