Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Refleksi HLUN: Cita-cita Menjadi Lansia Bahagia, Sehat Jiwa, dan Raga

4 Juni 2024   12:15 Diperbarui: 4 Juni 2024   12:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lansia Bahagia (Sumber Gambar: kemenkopmk.go.id)

Situs id.wikipedia.org membahas secara gamblang beberapa teori psikososial yang digunakan dalam memahami perkembangan lansia, diantaranya teori keterasingan, teori aktivitas, teori keberlanjutan, dan social exchange theory.

1. Teori Keterasingan (Disengagement theory) Elaine Cumming dan William Henry

Dalam proses tahap perkembangannya, lansia akan secara perlahan memisahkan diri dari ikatan interaksi sosial, sampai tersisa hanya ikatan sosial yang sangat penting saja, yaitu interaksi yang penting untuk bertahan hidup. Kemampuan lansia untuk menjadi anggota sebuah masyarakat menjadi hilang sampai akhirnya lansia bersedia menerima kematiannya. Teori ini banyak menuai kritikan dan penolakan, karena mengasumsikan pula bahwa keterlibatan dalam kehidupan sosial tidak baik bagi para lansia.

Di negara Jepang sendiri banyak terjadi lansia dengan kasus "kematian sunyi" (lonely death). Maksudnya disini adalah kondisi ketika seseorang meninggal tanpa ada orang lain yang menyaksikannya, dengan jangka waktu tertentu sebelum jenazahnya ditemukan. 

Menurut liputan m.antaranews.com (2024), survei terbaru yang dilakukan Badan Kepolisian Nasional (National Police Agency/NPA) Jepang menunjukkan bahwa 17.034 warga lansia di Jepang yang hidup seorang diri meninggal di rumah dalam periode Januari-Maret. Hal ini menunjukkan bahwa lansia disana dalam kondisi terasing, sendiri, dan jauh dari interaksi sosial. 

2. Teori Aktivitas J. Havigrust

Berdasarkan teori ini, lansia akan lebih bahagia apabila tetap melakukan kegiatan atau aktivitas dan interaksi sosial. Aktivitas yang bermakna bagi lansia dapat membantu menggantikan peran yang hilang (misalnya setelah masa pensiun) dan mengatasi keterbatasan dalam berinteraksi sosial.

Pendekatan ini dipandang lebih positif dan diterima secara lebih luas apabila dibandingkan teori keterasingan. Namun, teori ini dianggap masih kurang lengkap karena mengabaikan faktor kesehatan dan ekonomi yang sangat penting untuk menentukan apakah para lansia dapat mengikuti aktivitas untuk tetap aktif sebagaimana disarankan dalam teori ini. Di sisi lain, sebagian lansia juga tidak terlalu berminat dalam menerima tantangan-tantangan baru.

Ibun Enok jadi ingat ketika tinggal di Jepang melihat banyak warga lansia yang masih aktif dan terlihat enjoy beraktivitas di kebun sayur depan rumah, menjadi sukarelawan tenaga kebersihan, bersepeda, naik kendaraan umum sendiri dan mengikuti kegiatan-kegiatan event di balai kota. Hal ini menunjukkan bahwa terus beraktivitas menjadi sangat penting bagi lansia.

Sukarelawan Kebersihan Lansia Jepang (Sumber gambar: koleksi pribadi)
Sukarelawan Kebersihan Lansia Jepang (Sumber gambar: koleksi pribadi)

3. Teori Keberlanjutan (Continuity Theory)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun