Kampung Kemasan kian berubah setelah Haji Oemar membangun rumah untuk anak-anaknya yang bergaya arsitektur Eropa dan Cina.
Pada saat itu banyak orang Eropa, Cina dan pengusaha pribumi mapan yang tinggal di desa Pakelingan ini. Dengan demikian terciptalah akulturasi yang terwujud dalam bangunan. Kampung yang tadinya hanya berupa rumah-rumah sederhana menjadi lingkungan mewah. Hampir semua rumah mewah di Kampung Kemasan adalah milik dari keturunan Haji Oemar Achmad.
Bentuk bangunan nampak terlihat bernuansa arsitektur kolonial Belanda dan juga budaya Cina dengan nuansa cat merah sebagai ciri khasnya. Setelah Ibun Enok bertanya pada warga sekitar, ternyata memang benar, bangunan di Kampung Kemasan ini didominasi oleh kebudayaan Belanda dan Cina, sebuah perpaduan yang unik dan menarik.Â
Gaya arsitektur kolonial Belanda atau Eropa dapat dilihat dari ciri khas bentuk bangunannya dengan gaya Kerajaan Belanda yang populer sejak abad ke-19, dengan pilar-pilar penyangga atap, jendela dan pintu yang berukuran besar dengan lengkungan di bagian atas, serta ornamen pada dinding. Selain itu, corak Eropa dapat dilihat dari tampilan fasad bangunan yang memiliki susunan anak tangga yang makin mengecil keatas.Â
Gaya arsitektur Cina pun terlihat dari bentuk atap, ornamen, warna serba merah yang digunakan untuk pagar maupun bangunannya dan tempat hio di pintu gerbang rumah.Â
Oleh karena usia bangunan yang sangat tua lebih dari 50 tahun, unik, dan historinya, beberapa bangunan di kampung ini berpotensi sebagai bangunan cagar budaya. Namun, karena merupakan bangunan cagar budaya yang masih dihuni, tentunya rentan terhadap kerusakan.
Semoga pemerintah terus melestarikan warisan heritage yang tak ternilai ini dengan upaya restorasi berkelanjutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H