Sobat Kompasiana, mengasuh anak balita tidak semudah yang dibayangkan dan tidak selalu sesuai dengan konsep-konsep parenting yang ditawarkan saat ini. Terkadang ada yang cocok diterapkan, terkadang pula ada yang tidak cocok karena karakteristik unik tiap anak dan kondisi keluarga berbeda-beda. Terkadang orang tua juga menemukan insight dan trik tersendiri tentang cara pendekatan pola asuh pada anaknya.Â
Pendekatan terhadap anak yang berkemauan keras atau keukeh pendirian misalnya. Anak balita yang pada dasarnya masih bersifat egosentris memang tidak akan selalu menurut kemauan orang tua. Orang tua harus selalu sabar dan menemukan trik tersendiri untuk menghadapi sikap anak balita.Â
Terkadang Ibun Enok di saat menghadapi anak yang sedang sulit diberitahu atau maunya sendiri serasa ingin menyerah juga. Misalnya saja dulu saat anak tidak mau potong rambut atau main gadget HP terlalu lama. Komunikasi yang seperti apa yang sebenarnya efektif untuk memberitahu anak? Dengan kata-kata lembut tapi tegas dan dengan berbagai bujukan tidak mempan. Anak balita ternyata lebih tricky dengan 1000 alasannya.
Lalu, Ibun Enok tak sengaja melihat iklan di sebuah media sosial tentang buku cerita Bibo, buku saku komunikasi dengan metode kreatif yang diterbitkan oleh penerbit Little Zam dan untuk anak usia 2-6 tahun. Bukunya unik, bentuknya kecil hanya berukuran 16×12 cm sehingga praktis dibawa kemana saja, berhalaman lumayan tebal, full colour dan berjilid spiral. Ibun Enok pun penasaran dan segera membelinya. Beberapa hari kemudian paket datang. Ibun Enok tak sabar ingin membukanya.Â
Buku cerita Bibo terdiri dari 3 seri yaitu Bibo Tahu Waktu Melihat Gadget, Bibo Punya Banyak Perasaan, serta Kakak dan Teman Yang Baik. Setelah membacanya kemudian Ibun Enok mencoba mendongeng buku cerita Bibo ini setiap anak akan tidur dengan metode read aloud. Ibun Enok senang sekali karena ketiganya sesuai dengan kebutuhan anak saat ini dan sangat efektif untuk berkomunikasi dengan anak lewat bercerita, terutama untuk menyounding anak. Mau tahu isinya, yuk kita simak bersama.
1. Bibo Tahu Waktu Melihat Gadget
Saat ini penggunaan gawai/gadget baik handphone, tab, tv dan semacamnya pada anak menjadi problem tersendiri bagi orang tua, karena efek negatif terhadap tumbuh kembang dan perilaku anak yang ditimbulkan apabila menggunakannya secara berlebihan atau adiksi.Â
Tak dapat dipungkiri, anak balita Ibun Enok pun sempat mengalami adiksi penggunaan handphone terutama menonton youtube. Meskipun anak hanya meminjam HP orang tua, apabila menggunakannya terlalu lama akan berdampak negatif.Â
Waktu itu Ibun Enok melihat beberapa gejala pada anak akibat terlalu lama menonton youtube (lebih dari 1 jam tiap harinya), misalnya anak menjadi sangat aktif, kurang lancar berbicara, bahkan kadang-kadang sempat suka memukul-mukul kepala apabila mendengar youtube dengan beberapa iringan alunan musik beat.Â
Ibun Enok sampai memutar otak mencari cara agar adiksinya berkurang. Dari membawa ke psikolog untuk deteksi dini tumbuh kembang anak sampai pindah sekolah dari halfday menjadi fullday agar lebih banyak berinteraksi di sekolah dan ikut mengaji di TPA. Kesimpulannya anak memang harus dikurangi interaksi dengan gadget. Namun, tetap menjadi tantangan tersendiri ketika anak sudah pulang sekolah atau TPA. Orang tua harus banyak meluangkan waktu untuk menemani bermain sambil belajar.Â