Mohon tunggu...
Retno Endrastuti (IBUN ENOK)
Retno Endrastuti (IBUN ENOK) Mohon Tunggu... Human Resources - Diary of Mind

Menyukai tulisan2 ringan dengan topik psikologi populer, perencanaan kota dan daerah, kuliner, handycraft, gardening, travelling...terutama yang kekinian

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Temu Kenali Anak Sudah Siap Masuk SD atau Belum?

26 Desember 2023   15:15 Diperbarui: 28 Januari 2024   12:25 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siap Masuk SD (Sumber gambar: sdh4halim.sch.id)

Sobat Kompasiana, sebagian besar orang tua yang memiliki anak usia TK 5-6 tahun seringkali mempertanyakan apakah anaknya sudah siap masuk SD? Bahkan sebagai bentuk memantapkan keyakinan apakah anak siap masuk SD orang tua dapat pula membawa anak ke psikolog untuk melihat kesiapan psikologisnya, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Bila tidak, orang tua dapat mengenali sendiri ciri-ciri pada anaknya apakah sudah siap masuk SD atau belum. 

Mari kita dalami bersama, apa saja sih yang menandakan anak sudah siap masuk SD?

Kesiapan Anak

Secara usia, pada beberapa sekolah negeri memprioritaskan usia anak minimal 7 tahun, karena memang pada usia tersebut anak dianggap sudah siap masuk SD. Namun, bila anak kurang dari 7 tahun, biasanya akan masuk sekolah non pemerintah / swasta dan dites masuk kesiapannya. 

Bagaimana sebenarnya peraturan tentang syarat usia masuk SD ini? Persyaratan usia anak masuk SD telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan. Dalam Pasal 4 peraturan tersebut menyebutkan: 

(1) Calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD harus memenuhi persyaratan usia: a.. 7 (tujuh) tahun; atau b. paling rendah 6 (enam) tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan;

(2) Dalam pelaksanaan PPDB, SD memprioritaskan penerimaaan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD yang berusia 7 (tujuh) tahun

(3) Persyaratan usia paling rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat dikecualikan menjadi paling rendah 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalam bagi peserta didik yang memiliki: a. kecerdasan dan/atau bakat istimewa, dan b. kesiapan psikis

(4) Calon peserta didik yang memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan kesiapan psikis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari psikolog profesional

(5) Dalam hal psikolog profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak tersedia, rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan guru sekolah yang bersangkutan.

Oleh karena durasi waktu serta macam aktivitas di TK dengan SD jauh berbeda, maka anak memerlukan adaptasi dan beberapa kemampuan sebagai berikut:

1. Kemandirian anak

Misalnya sudah mau tidak ditunggu sekolah, mandiri ke toilet, dapat memakai baju dan sepatu sendiri, menjaga atau merawat barang milik pribadi yang dibawa ke sekolah, mulai mau belajar menyiapkan keperluan sekolah sendiri minimal tas, buku, alat tulis dan sepatu.

2. Kemampuan kognitif 

Misalnya dapat berkomunikasi secara interaktif atau dua arah, mengungkapkan kemauan, memahami instruksi guru sehingga sadar akan tugas yang diberikan.

Secara kemampuan kognitif, terutama dalam membaca, menulis dan berhitung, sebenarnya usia SD kelas 1 tidak harus sudah bisa membaca. Karena dalam kurikulum PAUD dan TK pun sebenarnya tidak diperkenankan untuk mengajari calistung, hanya sebatas pengenalan simbol alfabet dan angka. 

Namun, apa daya, terkadang orang tua pun dilema dan dihadapkan pada kondisi sebaliknya bahwa realitanya di dalam pembelajaran SD  sudah menggunakan buku bacaan atau soal-soal yang sudah menuntut anak untuk bisa membaca. Dalam hal ini, maka pilihlah sekolah yang tidak mensyaratkan anak bisa calistung saat masuk SD. Ibun Enok berharap dengan adanya kurikulum merdeka, kemampuan calistung ini tidak menjadi syarat utama untuk masuk SD.

3. Atensi

Anak siap masuk SD apabila dapat lebih fokus dalam belajar dan siap menghadapi durasi waktu belajar yang lebih panjang.

4. Kematangan emosional

Anak masuk SD diharapkan mulai dapat mengontrol emosinya dan mampu mengenali berbagai macam emosi dalam dirinya.

5. Ketrampilan sosialisasi

Anak masuk SD diharapkan siap bekerja sama dalam tim, mau menerima otoritas tokoh lain di luar orang tuanya, memahami adanya peraturan sekolah, berkurang egosentrisnya, dan dapat bersosialisasi dengan minimal teman sebayanya.

Kesiapan Orang Tua

Sebenarnya tidak hanya pertimbangan kesiapan anak, orang tua pun membutuhkan kesiapan, antara lain:

1. Dana yang cukup untuk biaya pendidikan termasuk untuk kebutuhan peralatan sekolah 

2. Kesiapan bekerja sama dengan guru atau pihak sekolah

3. Kesiapan masuk ke dalam pergaulan baru di sekolah, dengan kepala sekolah, guru, karyawan sekolah dan sesama orang tua murid

4. Alokasi waktu antar jemput atau sudah ada jasa antar jemput anak yang terpercaya

5. Menyiapkan survei sekolah dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain sekolah yang sesuai nilai-nilai (values) dan prinsip keluarga, durasi belajar, kesesuaian syarat tes masuk, cocok dengan anak, cocok secara biaya, jarak yang tidak terlalu jauh, kurikulum, fasilitas, metode pembelajarannya apakah menyenangkan sehingga anak mendapat pengalaman belajar pertama di SD yang menyenangkan, program sekolah, guru yang ramah, dan sistem keamanan sekolah. Jangan lupa tanyakan pula tentang peraturan dan kebijakan sekolah misalnya bagaimana solusu sekolah kalau ada kasus bullying. 

Ibun Enok mendapatkan sebuah link asesmen singkat dari teman kuliah tentang kesiapan sekolah anak untuk jenjang Sekolah Dasar. Asesmen dibuat oleh kolaborasi antara @omahlebahkecil dengan KB/TK Tamarin @kbtamarin Yogyakarta. Mommy daddy silahkan mencobanya apabila putra/putrinya mau masuk SD. Berikut linknya: https://ennoble.id/app/tamarin/.

Nah, penilaian anak sudah siap masuk SD pada akhirnya dikembalikan ke keputusan masing-masing orang tua, karena orang tualah yang paling mengenal anaknya. Kalau menurut Ibun Enok, lebih baik mempersiapkan kematangan anak  bila perlu mengulang di TK daripada nantinya anak mengalami frustasi, stres, mogok sekolah, suka membolos, dan kendala pembelajaran di bangku SD lainnya sehingga malah bisa mengulang kelas. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun