Sobat kompasiana, para mommy dan daddy, kata toxic yang berarti racun saat ini viral tidak hanya berlaku untuk teman atau pasangan yang toxic, tapi bagi para orang tua bisa jadi secara tidak sadar termasuk toxic parents dan hyper parenting. Apa dan bagaimana ciri-ciri toxic parents dan hyper parenting? Yuk kita kenali bersama agar bisa dihindari.
Istilah toxic parents itu sendiri menurut Dr. Susan Forward dalam bukunya "Toxic Parents: Overcoming Their Hurtful Legacy and Reclaiming Your Life" dipahami sebagai orang tua yang tidak menghormati dan tidak memperlakukan anaknya dengan baik sebagai individu. Toxic parents secara konsisten berperilaku yang menyebabkan anak menjadi takut, merasa bersalah dan terbebani.
Sedangkan Hyper Parenting menurut  dr. Aisah Dahlan, CMHt., CM.NLP adalah sebuah penerapan pola asuh yang seringkali dilakukan di luar kontrol, meskipun orang tua mempunyai tujuan yang baik untuk pencapaian terbaik bagi anak-anak. Orang tua hanya ingin anaknya terlihat sempurna, dan dituntut sukses tanpa memikirkan bagaimana perasaan anak dengan dalih dilakukan karena sayang kepada anak. Keduanya merupakan pola asuh negatif yang perlu kita hindari.Â
Toxic Parents
Tanpa disadari kita sebagai orang tua bisa saja menjadi toxic parents, karena biasanya toxic parents tidak akan mau minta maaf atau mengakui kesalahannya. Lantas bagaimana ciri-cirinya?
1. Bersifat egois mengutamakan kebutuhan diri sendiri dan kurang empati atau memahami anak
  Toxic parents biasanya lebih mengutamakan kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan, perasaan anak maupun  dampak perilaku yang akan ditimbulkan pada anak. Selain itu kurang dapat berempati pada anak, baik ketika anak senang maupun sedih.Â
2. Anak tidak diperlakukan dengan baik
  Toxic parents tidak dapat memperlakukan anak dengan baik, misalnya tidak mencontohkan rasa hormat dan kesopanan, justru berperilaku kasar pada anak.Â
3. Susah mengendalikan emosi negatif dan terlalu reaktif