Mohon tunggu...
Retno Untari
Retno Untari Mohon Tunggu... Guru - Teacher of English, Growth Mindset, Learner, Writer

Seorang Guru dan Penggiat Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Guru Penggerak dalam menerapkan Budaya Positif di sekolah.

18 Oktober 2021   19:35 Diperbarui: 19 Oktober 2021   15:03 2510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penting bagi guru untuk memahami bagaimana guru harus memposisikan diri saat berhadapan dengan murid. Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku murid.  Displin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku para murid dan mengajarkan murid tentang kontrol serta kepercayaan diri yang berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari. Tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka dan menghargai diri.

Untuk mewujudkan disiplin positif perlu adanya hukuman dan konsekuensi. Menurut Nelsen (2021) cara kita sebagai pendidik untuk merespon kesalahan agar menjadi pembelajaran yang baik bagi murid adalah.

1. Merespon kesalahan dengan kasih sayang dan kebaikan dibanding menyalahkan, menuduh dan menceramahi.

2. Berikan pertanyaan yang bisa menimbulkan diskusi tentang konsekuensi yang mungkin terjadi dari tindakannya.

3. Melihat kesempatan terjadinya kesalahan untuk didiskusikan bersama anak atau dengan teman-temannya.

Setelah mempelajari rangkaian Modul 1.4, tentang budaya positif, segitiga restitusi, kebutuhan murid, posisi kontrol, keyakinan kelas saya merancang aksi nyata yaitu membuat kesepakatan kelas yang berpihak pada murid melalui diskusi. Dengan melakukan diskusi untuk menentukan kesepakatan kelas dalam mewujudkan budaya positif, murid merasa dilibatkan dalam mengambil keputusan. Dengan melakukan diskusi untuk menyepakati apa saja yang didapat dalam diskusi adalah murid bernalar kritis, murid lebih bertanggung jawab, percaya diri menjadi meningkat. Setelah saya membuat kesepakatan kelas pembelajaran yang dapat diambil adalah pentingnya perlibatan murid dalam pengambilan keputusan di kelas, saling menghargai satu sama lain, mereka melaksanakan apa yang telah mereka sepakati tanpa adanya sebuah paksaan. Setelah saya melakukan aksi nyata, saya menceritakan pada rekan sejawat saya apa yang telah saya lakukan untuk mewujudkan budaya positif di kelas, mereka antusias untuk membuat kesepakatan kelas untuk membangun budaya positif. Dan akhirnya kami membangun budaya positif di kelas secara bersama-sama, saling mengkomunikasikan, dan memberi umpan balik serta membuat evaluasi bersama untuk mewujudkan perubahan kearah yang lebih baik di kelas maupun di sekolah kami dengan dukungan semua pihak seperti kepala sekolah, rekan sejawat, murid, oarng tua dan tenaga administrasi sekolah bersama-sama mewujudkan budaya positif yang berpihak pada murid.

(Retno Untari,SMP N 1 Manisrenggo, CGP Angkatan 3, Kabupaten Klaten)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun