Mohon tunggu...
Retno Untari
Retno Untari Mohon Tunggu... Guru - Teacher of English, Growth Mindset, Learner, Writer

Seorang Guru dan Penggiat Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Guru Penggerak dalam menerapkan Budaya Positif di sekolah.

18 Oktober 2021   19:35 Diperbarui: 19 Oktober 2021   15:03 2510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Peran guru penggerak adalah sebagai pamong untuk menuntun murid dalam belajar, seorang guru penggerak diharapkan mampu menjadi inisiator dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yang berpihak pada murid. Mengapa budaya positif di sekolah perlu diwujudkan?. Budaya sekolah sangat berdampak baik pada pengembangan karakter murid. Peran sekolah sebagai institusi pembentukan karakter pada murid. Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara "Adapun maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya" (dikutip dari buku Ki HadjarDewantara seri 1 pendidikan halaman 20). Dari kutipan tersebut menuntun kita sebagai guru untuk membangun sebuah komunitas praktisi di sekolah untuk menyiapkan murid di masa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk dirinya pribadi tetapi juga berdampak pada masyarakat. 

Tujuan pendidikan nasional adalah salah satunya mewujudkan merdeka belajar dan Profil Pelajar Pancasila, "Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila." Pelajar yang memiliki profil yang demikian adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentukannya, yaitu:

1). beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,

2). mandiri,

3). bergotong-royong,

4). berkebinekaan global,

5). bernalar kritis,

6). kreatif.

Membangun karakter sesorang bukanlah hal yang mudah, bahkan sangat sulit. Akan tetapi, sebagai pendidik kita diberikan tugas untuk dapat membentuk calon-calon penerus bangsa yang memiliki karakter jujur, berkeadilan, bertanggung jawab, peduli dan saling menghormati.

Untuk membentuk budaya positif di sekolah kita perlu mengetahui definisi budaya sekolah. Budaya sekolah menurut Fullan (2007) adalah keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang terlihat dari bagaimana sekolah menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Deal dan Peterson (1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berbagai tradisi dan kebiasaan keseharian yang dibangun dalam jangka waktu yang lama oleh guru, murid, orang tua, dan staf administrasi yang bekerjasama dalam menghadapi berbagai krisis dan pencapaian.

Dari kedua pengertian tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa budaya sekolah merupakan nilai-nilai dan keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Budaya positif disekolah yang sudah tertanam adalah budaya senyum, sapa, salam. Dalam mewujudkan budaya positif di sekolah, guru memegang peranan sentral. Peran guru penggerak dalam mewujudkan budaya positif tentu sudah memahami  posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Pemahaman disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid menjadi pribadi yang bertanggung jawab.  

Penting bagi guru untuk memahami bagaimana guru harus memposisikan diri saat berhadapan dengan murid. Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku murid.  Displin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku para murid dan mengajarkan murid tentang kontrol serta kepercayaan diri yang berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari. Tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka dan menghargai diri.

Untuk mewujudkan disiplin positif perlu adanya hukuman dan konsekuensi. Menurut Nelsen (2021) cara kita sebagai pendidik untuk merespon kesalahan agar menjadi pembelajaran yang baik bagi murid adalah.

1. Merespon kesalahan dengan kasih sayang dan kebaikan dibanding menyalahkan, menuduh dan menceramahi.

2. Berikan pertanyaan yang bisa menimbulkan diskusi tentang konsekuensi yang mungkin terjadi dari tindakannya.

3. Melihat kesempatan terjadinya kesalahan untuk didiskusikan bersama anak atau dengan teman-temannya.

Setelah mempelajari rangkaian Modul 1.4, tentang budaya positif, segitiga restitusi, kebutuhan murid, posisi kontrol, keyakinan kelas saya merancang aksi nyata yaitu membuat kesepakatan kelas yang berpihak pada murid melalui diskusi. Dengan melakukan diskusi untuk menentukan kesepakatan kelas dalam mewujudkan budaya positif, murid merasa dilibatkan dalam mengambil keputusan. Dengan melakukan diskusi untuk menyepakati apa saja yang didapat dalam diskusi adalah murid bernalar kritis, murid lebih bertanggung jawab, percaya diri menjadi meningkat. Setelah saya membuat kesepakatan kelas pembelajaran yang dapat diambil adalah pentingnya perlibatan murid dalam pengambilan keputusan di kelas, saling menghargai satu sama lain, mereka melaksanakan apa yang telah mereka sepakati tanpa adanya sebuah paksaan. Setelah saya melakukan aksi nyata, saya menceritakan pada rekan sejawat saya apa yang telah saya lakukan untuk mewujudkan budaya positif di kelas, mereka antusias untuk membuat kesepakatan kelas untuk membangun budaya positif. Dan akhirnya kami membangun budaya positif di kelas secara bersama-sama, saling mengkomunikasikan, dan memberi umpan balik serta membuat evaluasi bersama untuk mewujudkan perubahan kearah yang lebih baik di kelas maupun di sekolah kami dengan dukungan semua pihak seperti kepala sekolah, rekan sejawat, murid, oarng tua dan tenaga administrasi sekolah bersama-sama mewujudkan budaya positif yang berpihak pada murid.

(Retno Untari,SMP N 1 Manisrenggo, CGP Angkatan 3, Kabupaten Klaten)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun