Mohon tunggu...
retno Kusuma wardani
retno Kusuma wardani Mohon Tunggu... Blogger

apa adanya Blogger at www.lemaripojok.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencari Kesalahan Tapi Dibayar? Jadi Editor Saja

31 Mei 2024   23:44 Diperbarui: 1 Juni 2024   00:29 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu saya mengikuti sharing session yang diadakan oleh Cak Kaji. Cak Kaji (Cangkrukan Kompasianer Jatim) adalah Komunitas Kompasianer se-Jawa Timur yang lahir pada tanggal 10 November tahun lalu. Pada kesempatan ini, Cak Kaji mengulas profesi editor bersama seorang editor yang juga blogger yaitu Rudi G Aswan alias Mas Rudi Belalang Cerewet yang dibantu oleh mbak Rahma yang biasa saya panggil Mbak Amma.

Sharing session diadakan melalui IG Live yang berlangsung tanggal 25 Mei 2024 lalu. Walaupun sharing session ini cukup singkat, yaitu hanya satu jam saja, namun ternyata banyak informasi baru yang saya dapatkan.  Maklum ya, saya sendiri tidak pernah terlibat langsung dengan proses mencetak buku.

Mas Belalang Cerewet di awal acara bercerita bahwa beliau mulai tertarik menjadi editor semenjak  awal kuliah. Pada saat itu ada moment yang membuatnya tertarik yaitu pada saat peluncuran buku NH Dini. Menurut bu Dini, dibalik karyanya yang disukai banyak orang itu ada kontribusi editor yang membuat naskah menjadi semakin menarik.

Profesi menjadi Editor pun dijalani Belalang Cerewet baik menjadi editor di penerbit maupun secara freelance. Kelebihan menjadi editor inhouse atau editor yang bekerja di penerbitan antara lain gajinya tetap dan cepat cair. Pengalaman menjadi inhouse editor antara lain menjadi editor buku sekolah. Setelah beberapa waktu, pindah ke penerbit lain dan menjadi editor buku-buku motivasi dan bisnis.

Beberapa tantangan yang dihadapi saat menjadi editor buku sekolah antara lain buku sekolah itu lebih banyak elemen yang harus dipikirkan, harus teliti dalam membuat contoh soal dan pembahasannya. Hingga urusan menyematkan foto pun harus berhati-hati, jangan sampai menyinggung agama, suku, ras atau kebiasaan tertentu. Apalagi jika mengerjakan buku proyek, biasanya disertai tugas yang lebih rumit dan harus menuliskan glosarium. Dan yang penting, nilai yang diajarkan harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Sedikit berbeda dengan buku umum, karena sifatnya lebih luwes, editor menjadi lebih mudah mengembangkan ide dan memperkaya tulisan dengan tujuan tulisan tersebut lebih mudah dibaca.

Kalau begitu, apa saja tugas Editor?

Idealnya ada dua macam editor dalam sebuah penerbitan yaitu editor akuisisi (atau yang biasa disebut sebagai editor saja) dan kopi editor atau yang disebut sebagai penyunting naskah.

Seorang editor membawahi kopi editor yang tugasnya memeriksa ejaan, struktur kalimat, dan tata bahasa dalam naskah agar menjadi buku yang enak dibaca.

Sedangkan seorang editor akuisisi tugasnya menyunting naskah termasuk didalamnya tentang materi tulisan, editor juga harus bisa membaca pasar agar bisa merencanakan buku apa yang akan diterbitkan. Selain itu editor juga memutuskan apakah suatu naskah layak diterbitkan atau tidak.

Meskipun tugas antara editor dan kopi editor itu berbeda, kenyataan di lapangan ada penerbit yang merangkap kedua pekerjaan tersebut sehingga dikerjakan oleh editor saja.

Menjadi editor juga tidak harus memperbaiki seluruh tulisan, jika dirasa tulisan tersebut sudah enak dibaca dan mudah diterima oleh pembacanya maka hanya akan dilakukan editan minor saja, seperti memperbaiki kesalahan penulisan. Namun ternyata tidak semua penulis memahami itu. Pernah suatu ketika mas Rudi dikomplain seorang penulis yang merasa tulisannya tidak di edit sama sekali. Padahal menurut editor tulisan tersebut sudah layak terbit. Untunglah setelah dijelaskan, penulis tersebut bisa memahami.

KBBI merupakan salah satu senjata editor, walaupun demikian di kasus tertentu KBBI tidak diperlukan karena tulisan tersebut lebih bernyawa jika menggunakan ekspresi lokal atau yang sedang viral demi menarik pembaca. Keadaan seperti ini juga dilakukan agar naskah bisa menyesuaikan dengan target pembacanya. Dalam melakukan pekerjaannya editor juga harus mengikuti gaya selingkung atau gaya menulis yang dimiliki oleh suatu penerbit. Misalnya transliterasi Arab ke Indonesia yang tidak selalu mengikuti KBBI.

Syarat menjadi editor

Untuk menjadi seorang editor yang baik tentu saja harus menguasai beberapa ketrampilan berbahasa, seperti :

- Menguasai ejaan

- Menguasai tata bahasa

- Bersahabat dengan kamus dan tesaurus

- Menguasai bahasa asing (minimal bahasa Inggris). Sangat dibutuhkan saat mengedit buku terjemahan dan harus berkomunikasi dengan penulisnya untuk memahami maksud penulis.

- Berwawasan luas

- Memiliki Skill Communication yang baik karena editor harus berhubungan dengan penerbit dan penulis langsung

Nah itulah beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang editor menurut MasRudi Belalang Cerewet. Menurutnya saat ini profesi editor memang tidak menggembirakan, namun tak ada salahnya mengenalkan profesi ini ke generasi Z. Salah satunya dengan mengenalkan profesi editor secara digital seperti IG Live atau pertemuan lewat zoom.

Di akhir, MasRudi Belalang Cerewet mengatakan jika tertarik menjadi seortang editor mulailah dengan berlatih menyunting naskah-naskah pendek untuk dijadikan portofolio. Tak ada salahnya juga menjadi editor untuk lembaga sosial untuk menambah jam terbang sekaligus menambah relasi. Terus jalin komunikasi dengan baik dan bangun silaturahmi.

Salah satu pengalaman berkesan yang merupakan buah dari silaturahmi adalah menjadi editor seorang perwira polisi yang sedang menempuh pendidikan di Lemhanas. Meskipun nama editor tidak tercantum, namun pengalaman ini merupakan kebanggan tersendiri.

Begitulah sebagian pengalaman mas Rudi Belalang Cerewet yang diceritakan melalui Sharing Session bersama Cak Kaji. Mungkin ulasan saya kurang lengkap walaupun begitu saya harap melalui tulisan singkat ini memberikan manfaat untuk teman-teman pembaca semuanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun