Saat ini, Liga Indonesia memberikan izin kepada setiap tim untuk memiliki delapan pemain asing, dengan maksimal enam pemain yang boleh dimainkan secara bersamaan. Meskipun aturan ini menambah daya tarik kompetisi, ia juga membatasi ruang bagi pemain lokal untuk berkembang. Ketergantungan pada pemain asing sering kali mencerminkan lemahnya pembinaan pemain muda di dalam negeri.
Namun, jika penyediaan fasilitas seperti lapangan sepak bola rakyat diiringi dengan pembinaan usia dini yang kuat dan kompetisi berjenjang, bukan tidak mungkin kuota pemain asing di liga domestik dapat diminimalkan di masa depan. Pemain lokal yang matang sejak usia dini akan memiliki mental dan kemampuan untuk bersaing.
Bayangkan lagi jika Liga Indonesia menjadi ladang subur untuk melahirkan talenta lokal yang mampu menembus liga-liga besar dunia. Keberhasilan ini akan menjadi simbol transformasi sepak bola Indonesia.
Manfaat penyediaan lapangan ini tidak hanya berdampak pada prestasi olahraga, tetapi juga menyentuh aspek ekonomi. Kegiatan tersebut membuka peluang usaha kecil di sekitar lokasi, mulai dari pedagang kaki lima hingga penyedia layanan transportasi, menciptakan efek ekonomi yang positif bagi UMKM sekitar.
Pada akhirnya, inisiatif Badan Bank Tanah dalam menyediakan lahan untuk lapangan sepak bola rakyat memiliki potensi besar untuk mengubah wajah sepak bola Indonesia. Jika program ini terlaksana dengan baik, lembaga baru itu akan berkontribusi dalam memperkuat identitas nasional dan menciptakan dampak ekonomi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI