Mari tanya pada diri sendiri, apakah kita mendapat pendidikan seks dari orang tua? Kebanyakan mungkin akan menjawab tidak.
Maka dari sinilah pemerintah seharusnya masuk. Ketika budaya tidak mendukung hadirnya pendidikan seks, maka pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan agar pendidikan seks menjadi hal wajib di sekolah-sekolah.Â
Mungkin secara perlahan budaya itu akan berubah. Mereka yang belajar dari sekolah akan jadi orang tua suatu saat dan mengajarkannya pada anak-anak. Idealnya, revolusi bisa terjadi.
Sayangnya, mungkin isu-isu seperti seks bebas yang berpotensi menimbulkan Penyakit Menular Seksual, aborsi, pernikahan dini, dan lain-lain mungkin dianggap kurang seksi untuk menjadi jualan politik. Maka kita belum melihat ada gebrakan apapun dari kalangan pemerintah.
Padahal sangat penting agar para remaja diberikan pemahaman tentang konsekuensi dari perilaku seks bebas terhadap tubuh, mental, dan masa depannya. Dengan begini, remaja akan lebih siap menghadapi lingkungan yang mungkin menjerumuskan.Â
Jika saja orang tua dan masyarakat terbuka dan merangkul dalam pembicaraan tentang seks, maka ketika pun ada yang sudah terlanjur terjerumus, maka mungkin tidak harus ada mayat bayi yang terbuang ke tempat sampah dan psikis ibu yang mungkin trauma berat.
Maka ketika ada aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan, orang-orang tidak akan langsung dengan entengnya menunjuk perempuan, si Pelaku. Mereka lupa bahwa saat menunjuk, tiga jari lainnya mengarah ke diri sendiri.Â
Ya, tingginya kasus aborsi, pembuangan bayi di tempat sampah bukanlah dosa pribadi, itu dosa sosial, yang entah luput dari mata atau memang sengaja tidak mau diakui.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI