Mohon tunggu...
Restu Putri Astuti
Restu Putri Astuti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mereka tidak peduli dengan banyaknya pengetahuanmu, tapi seberapa besar kepedulianmu.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Biota Air sebagai Bioindikator Kualitas Perairan

11 Agustus 2014   17:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:50 1926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh : Restu Putri Astuti

Aktivitas pembangunan yang tidak terkendali menyebabkan degradasi lingkungan berjalan pesat. Kita menyadari bahwa perilaku kita yang acuh dalam memanfaatkan sumberdaya terutama air, semakin memperparah kualitas perairan. Kualitas perairan semakin tercemar akibat konversi lahan hutan menjadi pemukiman, daerah industri dan lahan perkebunan serta aktivitas pembangunan lainnya. Perikanan sebagai salah satu sektor yang sangat bergantung pada kualitas perairan. Semakin baik kualitas perairan tersebut tentu berpotensi menghasilkan sumberdaya perikanan yang optimal dan begitu pula sebaliknya. Hendrawan (2005)menyebutkanbahwa menurunnya daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air karena menurunnya kualitas air sehingga menyebabkan penurunan kekayaan sumberdaya alam.

Selama ini Indonesia masih mengandalkan pengukuran kualitas perairan secara fisika dan kimia. Padahal di negara maju telah menggunakan metode biologis dalambentuk indeks sebagai penentu kualitas air. Dari sekitar 100 sistem indeks, 60% diantaranya adalah indeks biotik, 30% indeks keragaman, dan 10% indeks saprobik (De Pauwet al.,1992dalamTrihadiningrum & Tjondronegoro, 1998). Salah satu metoda adalah Biological Monitoring Working Party-Average Score Per Taxon (BMWP-ASPT) yang dikembangkan di Inggris (Armitage dkk., 1983 lihat Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998). Sistem tersebut mengelompokkan atau membagi biota bentik menjadi 10 tingkatan berdasarkan kemampuannya dalam merespon cemaran di habitatnya. Hal inilah yang masih kurang familiar diaplikasikan oleh para pelaku perikanan di Indonesia.

Metode biologis sebagai penentu kualitas air dilakukan dengan menganalisis biota air. Biota air merupakan kelompok organisme baik hewan maupun tumbuhan yang sebagian besar ataupun seluruh hidupnya berada di perairan. Biota tersebut dapat berupa bentos, plankton, atau nekton yang dapat memberikan informasi keadaan perairan tersebut dalam indikator baik atau tidak Karena tiap biota air memiliki sifat hidup yang berbeda beda dan sesuai dengan kondisi lingkungan perairan yang dibutuhkan. Hal inilah yang menjadikan biota air dapat dijadikan indikator kualitas perairan. Sebagian besar biota air yang dapat menjadi indikator kualitas perairan dari golongan avertebrata (hewan tidak bertulang belakang). Golongan avertebrata termasuk hewan yang hidup menetap lama di lingkungan perairan, mudah diidentifikasi karena berukuran makroskopik dan lebih efektif serta efisien dibandingkan penggunaan pengukuran kualitas air secara fisika dan kimia.

Berikut adalah tabel Makroinvertebrata indikator untuk menilai kualitas air (Trihadiningrum, Y. & I. Tjondronegoro, 1998)

Tingkat Cemaran

Makroozoobentos* indikator

1. Tidak tercemar

Trichoptera (Sericosmatidae, Lepidosmatidae, Glossosomatidae); Planaria

2. Tercemar ringan

Plecoptera (Perlidae, Peleodidae); Ephemeroptera

(Leptophlebiidae, Pseudocloeon, Ecdyonuridae, Caebidae); Trichoptera (Hydropschydae, Psychomyidae); Odonanta (Gomphidae, Plarycnematidae, Agriidae, Aeshnidae); Coleoptera (Elminthidae)

3. Tercemar sedang

Mollusca (Pulmonata,Bivalvia); Crustacea (Gammaridae);

Odonanta (Libellulidae, Cordulidae)

4. Tercemar

Hirudinea (Glossiphonidae, Hirudidae); Hemiptera

5. Tercemar agak berat

Oligochaeta (ubificidae); Diptera (Chironomus thummiplumosus); Syrphidae

6. Sangat tercemar

Tidak terdapat makrozoobentos. Besar kemungkinan dijumpai

lapisan bakteri yang sangat toleran terhadap limbah organik

(Sphaerotilus) di permukaan

*Makrozoobentos adalah organisme yang hidupnya menetap di dasar perairan dan mempunyai pergerakan yang sangat lamban.Kelompok makrozoobentos merupakan kelompok hewan yangrelatif menetap di dasar perairan dan kerap digunakan sebagai petunjukbiologis (indikator) kualitas perairan(Zulkifliet al, 2009).

Sayangnya banyak pelaku perikanan terutama pembudidaya di kawasan tambak, kolam budidaya, sungai, dan lautyang mengesampingkan manfaat biota air sebagai bioindikator. Hal ini diduga akibat minimnya informasi biota air sebagai bioindikator perairan padahal jika mampu dimanfaatkan dapat menguntungkan kegiatan budidaya. Yuk mengenal biota air !

Referensi :

Trihadiningrum, Y. & I. Tjondronegoro. 1998. Makroinvertebrata sebagai bioindikator pencemaran badan air tawar di Indonesia: Siapkah kita ?. Lingkungan & Pembangunan 18(1): 45 – 60

Wardhana, Wisnu. 1999. Perubahan Lingkungan Perairan dan Pengaruhnya terhadap Biota Akuatik. Pelatihan Monitoring Biologi Bagi Pengelola Taman Nasional Gunung Halimun, Stasiun Penelitian Cikaniki TNGH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun