Hendra memarkir mobil kijang inova-nya di halaman parkir SD Madani, tepat di samping masjid sekolah tak jauh dari pintu gerbang. Dalam benaknya hanya ada Tania, putri kesayangannya yang duduk di kelas 2 SD. Jauh dari situ, di ruang guru, Tania duduk di depan meja Bu Eli, wali kelasnya. Hari itu hari Jum’at. Tania tampak cantik dengan jilbab biru seragam sekolahnya. Wajahnya mirip sekali dengan Evi Savitri, mamanya.
Hendra jalan tergesa-gesa menuju ruang guru. Lewat lapangan besar sekolah, tampak beberapa murid laki-laki sedang bermain sepak bola. Hari itu murid-murid selain kelas 6 memang sedang melaksanakan ujian praktek. Termasuk kelas 2. Namun berbeda dengan Tania. Ia malah duduk sendiri ditemani Bu Eli sejak 30 menit yang lalu. Tania enggan ikut ujian praktek komputer.
Ruang guru sudah dekat. Hendra masuk ke dalam. Dilihatnya Tania sedang memutar-mutar botol minuman yang dibekalnya dari rumah. Setengah jam yang lalu Bu Eli menelepon Hendra perihal Tania.
“Assalamualaikum,” Hendra mengucap salam sembari masuk, ”Tania kamu kenapa sayang, kok nggak ikut ujian komputer?” tanya Hendra seraya mengusap kepala Tania yang terbalut kerudung seragam sekolah. Hendra kemudian melirik pada Bu Eli, wali kelasnya. Ia mengisyaratkan agar menjelaskan apa yang terjadi dengan Tania.
Tania tetap cemberut masam. Ia masih malas untuk bicara. Tubuhnya rebah dipelukan Hendra, ayahnya.
“Tania mau ketemu mama, pah. Kok mama lama banget sih urusannya,”
“Iya sayang, habis ini kita ketemu mama ya.” Hendra berusaha menenangkan hati Tania.
“Tania sebenarnya ikut ujian praktek kesenian pada jam pertama, dan dia seperti biasa ikut bersama kawan-kawannya ujian kesenian. Hanya setelah diberi penjelasan tentang ujian praktek komputer di jam berikutnya, dia nggak mau ikut. Katanya pengen ketemu mamanya.” Dengan bijak Bu Eli menjelaskan kronologis mengapa Tania tiba-tiba tidak mau ikut ujian praktek komputer.
Hendra mendengarkan dengan seksama. Ia mulai mengerti mengapa Tania tiba-tiba bersikap seperti itu. Langsung saja ia teringat saat Tania mulai menanyakan beberapa judul berita koran langganannya tentang Evi, istrinya yang ditangkap aparat kepolisian hanya karena menulis keluhan dalam sebuah email kepada temannya.
“Pah, email itu yang buat nulis di internet kan?”
“Iya. Memangnya kenapa?”