Tania kembali akrab dengan komputer di rumahnya dan mulai banyak-banyak bertanya tentang internet terutama email pada Hendra. Di bawah pengawasan Hendra, seperti biasa Tania browsing foto-foto boneka Barbie dan artis-artis favoritnya. Dan diam-diam dia pun suka menulis apa saja lewat email.
“Tania, ayo cepat kita udah terlambat nih,”
“Iya pah.” Tania menggendong tas sekolahnya. Mbak Inah, pembantu rumah memasukan bekal makanan dan minuman ke dalam tas Tania.
“Nanti Tania pulang pake jemputan sekolah aja ya, soalnya papah mau ada perlu dulu ke kantor Pak Bowo,”
“Iya pah,”
Hendra dan Tania naik mobil kijang inova yang terparkir di garasi rumah. Hendra mengantarkan Tania dulu ke sekolah sebelum berangkat ke kantornya. Mobil Hendra melesat melewati jalan besar. Menembus kemacetan yang untungnya tak berlangsung lama.
Mereka sampai di depan gerbang sekolah. SD Madani ramai dengan murid-murid yang baru saja tiba di sekolah. Tania turun dari mobil setelah mencium tangan Hendra.
“Jangan nakal ya,”
“Ya pah.” Tania berlari masuk ke dalam dan bertemu beberapa teman-temannya. Tak lama kemudian, ponsel Hendra berdering. Ternyata Pak Bowo.
“Halo Pak Hendra,”
“Ya Pak Bowo, ada apa?”