“Iya tapi Tania nggak mau jauh dari mama,”
“Iya deh, nanti lagi mama nggak kan dipanggil polisi kalau nulis di email.”
Evi memeluk erat lagi gadis kecil disampingnya. Ia pun sama tak ingin jauh dari putrinya itu. Hendra tersenyum betapa bahagia melihat dua anugerah Tuhan di hadapannya itu.
“Katanya Tania nggak mau ikut ujian komputer ya di sekolah?”
“Nggak.”
“Lho kenapa? Nanti nggak naik kelas gimana,”
“Habisnya email jahat, Tania nggak mau ketemu komputer!”
Evi dan Hendra saling berpandangan. Tertegun dengan ucapan Tania.
****
Kasus hukum Evi memang melelahkan. Hendra harus terus berada di belakang istrinya. Ia terus berjuang apa pun yang terjadi. Keadilan harus menjadi milik semua umat manusia. Ia tak boleh lenyap oleh tekanan apa pun. Dan dua hari lagi Evi akan menggelar sidang pertamanya.
Setelah bertemu mamanya, Tania akhirnya giat lagi sekolah. Bahkan anehnya tiba-tiba ia bersedia ikut ujian susulan praktek komputer. Gadis kecil itu memang sudah lihai dengan yang namanya komputer. Maka tak sulit ia melewati ujian susulan praktek komputer dari sekolah. Bu Eli sengaja memberi dispensasi untuk Tania, mengingat keadaan yang dialami keluarganya yang ia baca di berbagai media massa.