Mohon tunggu...
Restu Kandela
Restu Kandela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Restu Kandela

Mahasiswa Sarjana dan Magister (on-going) Akuakultur IPB | SR Asrama PPKU IPB | HMI Komisariat C Cabang Bogor | Yakusa!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam Partisan dan Fanatisme sebagai Paradoks Kewahyuan Muhammad SAW

27 September 2024   15:45 Diperbarui: 27 September 2024   15:50 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sendiri memiliki sejarah keislaman yang unik dan khas. Islam menyebar di Indonesia dari berbagai wilayah, seperti Timur Tengah dan India. Walisongo juga tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berkontribusi terhadap penyebaran islam di Indonesia. Sejak kemerdekaan Indonesia, banyak berkembang gerakan islam partisan, mulai dari yang bersifat organisasi massa, organisasi mahasiswa sampai partai politik. Keberadaan DI/TII, NU, Muhammadiyah, HTI, Ikhwanul Muslimin, HMI, PMII, PII, KAMI, KAMMI, JT, FPI, Masyumi, PKB, PPP, PKS dan gerakan lainnya yang masuk definisi islam partisan adalah gerakan berbasis kader. 

Gerakan-gerakan tersebut sejatinya memberikan kontribusi positif bagi Indonesia dalam bidang peningkatan kualitas SDM, pendidikan, penelitian, pengabdian dan bidang lainnya. Namun, seringkali ketokohan dari pendiri gerakan-gerakan tersebut disalahartikan oleh oknum yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga menjadi fanatisme yang memuakkan, seperti: mengutamakan kepentingan golongan di atas kepentingan banyak orang, tidak mendengarkan yang bukan kader, tidak mau bekerjasama dengan gerakan lain, bahkan mendiskreditkan gerakan lain.  Fanatisme ini secara politis dan non-politis berdampak terhadap kualitas persatuan Indonesia dan termarjinalkannya orang-orang yang tidak tergabung sebagai kader. Jutaan umat islam di Indonesia yang seharusnya inklusif, malah menjadi eksklusif dengan dalih "pandai-pandai memilih teman", "mereka sesat", "mereka belum dapat hidayah", "mereka berbeda dengan kami" dan dalih ekslusivitas lainnya. Padahal, Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk saling bersaudara dan guyub (QS 49:10). Betul kata Soekarno bahwa musuhmu adalah bangsamu sendiri. Maka, kita bisa membantah pernyataan Soekarno dengan menyadari wujud fanatisme dan menghindarinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun