Mohon tunggu...
Restu Kandela
Restu Kandela Mohon Tunggu... Mahasiswa - Restu Kandela

Mahasiswa Sarjana dan Magister (on-going) Akuakultur IPB | SR Asrama PPKU IPB | HMI Komisariat C Cabang Bogor | Yakusa!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah serta Esensi Manusia, Kepercayaan, Aksara, Kekuasaan dan Ekonomi

16 Juli 2023   03:09 Diperbarui: 16 Juli 2023   11:52 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: images.google.com

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kepercayaan, menggunakan aksara dalam hidupnya, berorientasi pada kekuasaan secara individu dan komunal, serta mengejar kesejahteraan individu dan komunal. Manusia secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta "manu" yang berarti berpikir, berakal budi dan bahasa latin "mens" yang berarti makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Manusia memiliki kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan. Kepercayaan dapat dimaknai sebagai kemampuan otak kanan atau hati manusia untuk mengolah dan memverifikasi sebuah informasi tanpa bukti. Kepercayaan manusia bersifat filosofis (suka kebaikan, suka keindahan, suka kebijaksanaan) dan fitrah (sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri). Kepercayaan membentuk tata nilai, kemudian tata nilai membentuk kebiasaan. Kebiasaan membentuk tradisi, kemudian tradisi membentuk budaya. Budaya-budaya yang berkumpul membentuk kebudayaan, kemudian kebudayaan membentuk peradaban manusia itu sendiri. Kepercayaan sejatinya koheren dan korespondentif terhadap kebudayaan, hanya saja terkadang kebudayaan yang malah bertentangan atau berkonfrontasi dengan kepercayaan manusia itu sendiri. Hal ini menyebabkan sebuah anomali bahwa kepercayaan dan kebudayaan terkadang bersifat kontradiktif dan kebudayaan terkadang menghambat kemajuan dari sebuah peradaban manusia.

Manusia dalam ajaran Islam (Quran dan Hadits) diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu al-insanu, al-insa, an-naas, al-basyar, an-nafsu dan bani adam. Al-insanu dapat dimaknai sebagai manusia secara psikologis/karakter yang bersifat dinamis dan progresif (QS 23:12-14). Al-insa dapat dimaknai sebagai manusia sebagai hamba yang bergantung dan menyembah Allah SWT (QS 51:56). An-naas dapat dimaknai sebagai manusia secara general yang bermasyarakat atau manusia yang memiliki akal untuk membedakan kebenaran dan kesesatan (QS 7:158, QS 49:13). Al-basyar dapat dimaknai sebagai manusia secara biologis yang memiliki kebutuhan (QS 30:20). An-nafsu adalah manusia sebagai makhluk yang memiliki jiwa atau nyawa (QS 89:27-30). Bani adam dapat dimaknai sebagai manusia yang merupakan keturunan nabi Adam a.s.

Sumber: https://sukoharjonews.com/wp-content/uploads/2022/12/15-horoskop-libra-2023-StyleCaster.jpeg 
Sumber: https://sukoharjonews.com/wp-content/uploads/2022/12/15-horoskop-libra-2023-StyleCaster.jpeg 
Manusia memiliki kepercayaan dan keyakinan. Keyakinan dapat dimaknai sebagai kemampuan otak kiri atau logika manusia untuk mengolah dan memverifikasi sebuah informasi dengan menggunakan bukti. Kepercayaan dan keyakinan secara administratif adalah agama. Agama secara etimologi berasal dari nomenklatur "a" dan "gama" yang berarti tidak kacau. Kata agama diciptakan untuk meminimalkan kekacauan, sehingga kata yang lebih tepat untuk agama sejatinya adalah ajaran. Islam adalah sebuah ajaran, yaitu dinul haq (QS 3:81-85). Ajaran dari setiap agama sejatinya adalah menuntut manusia untuk mengenal dirinya dan Tuhannya, sehingga manusia dapat mengetahui keberadaannya, kebenaran dari eksistensinya, hakikat dari eksistensinya dan tujuan dari eksistensinya. Seluruh agama memiliki sejarah terkait tujuan penciptaan manusia. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penciptaan manusia menurut ajaran Hindu

Tujuan penciptaan manusia menurut ajaran Hindu adalah pengorbanan yang layak kepada para dewa. Manusia harus melakukan tugas sosialnya, melahirkan anak-anak (karma marga) dan melakukan ritual. Karma marga ditentang oleh pandangan Upanishad. Pandangan tersebut menyatakan bahwa ada realitas yang lebih tinggi di luar alam manusia, yaitu Brahman. Manusia pada akhirnya bisa menjadi satu dengan realitas yang lebih tinggi ini, jika mereka mengubah cara mereka melihat dan berperilaku di dunia. Upanishad menjelaskan bahwa dunia adalah perangkap dan kehidupan asketisme adalah hal yang ideal terkait melatih diri untuk berorientasi kepada pascadunia sehingga tercipta karma.Selain itu, manusia diciptakan sebagai bhakti marga, jalan pengabdian. Dalam Bhagavad Gita, dewa Krishna menjelaskan kepada prajurit Arjuna bahwa bentuk tertinggi dari aktivitas keagamaan yang paling efektif adalah pengabdian absolut terhadap Dewa.

2. Penciptaan manusia menurut ajaran Nasrani atau Kristen

Kejadian 1 ayat 26: Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.

Kejadian 1 ayat 27: Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."

3. Penciptaan manusia menurut ajaran Buddha

Tujuan manusia menurut ajaran Buddha adalah mencapai kebuddhaan (annutara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati, yaitu batin manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir (reinkarnasi). Manusia tidak memerlukan bantuan atau pertolongan pihak lain, termasuk Dewa-Dewi. Jika manusia ingin selamat, satu-satunya jalan ialah menjelmakan sifat dan sikap kebuddhaan di dalam dirinya. Namun demikian, Buddha sendiri itu bukan Tuhan dan tidak pernah diklaim sebagai Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun