Visuddhacara, seorang biksu Buddha asal Malaysia, memaparkan gagasannya secara lugas dan intim. Ia menggunakan pengalaman pribadi dan refleksi mendalam untuk mengajak pembaca berpikir tentang hakikat kehidupan, penderitaan dan kebahagiaan. Melalui renungan sederhana dan membumi, ia mengajak pembaca untuk melihat kematian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari siklus kehidupan, sesuatu yang harus dihadapi dengan kesiapan mental dan kedamaian.
Selain itu, buku ini juga mengajarkan cara mengatasi penyakit dan penderitaan fisik dengan meditasi dan sikap positif. Salah satu bagian yang menginspirasi dalam buku ini adalah kisah seorang yogi bernama Kuai Chan yang menghadapi kanker dengan ketenangan dan meditasi hingga akhir hayatnya. Melalui contoh ini, Visuddhacara menekankan pentingnya menjaga kejernihan pikiran dalam menghadapi situasi sulit, sekaligus memperkuat diri dengan kebijaksanaan Buddha.
Buku Cinta dan Kematian tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang beragama Buddha, tetapi juga bagi pembaca dari berbagai latar belakang yang ingin mencari kedamaian dalam hidup dan mati. Ajaran universal tentang cinta, kasih sayang, dan penerimaan dalam buku ini menjadikannya relevan untuk semua lapisan masyarakat. Buku ini memberikan inspirasi bagi mereka yang ingin menjalani hidup lebih bermakna dan damai.
Keunggulan Buku "Cinta dan Kematian"
1. Pendekatan Mendalam dan Reflektif
2. Penggunaan Contoh Nyata
3. Inspirasi untuk hidup lebih bermakna
4. Bahasa Sederhana dan AkrabÂ
Kekurangan Buku "Cinta dan Kematian"
1. Terbatas pada Perspektif Buddhis
2. Pengulangan Konsep