Kala itu, disiang hari dikondisi yang amat sangat panas yag membuat sekujur badan gerah, para legislatif menyelenggarakan rapat, yang membahas tentang perubahan peraturan masyarakat, di gedungnya.
Saat itu pula nafas berhamburan, dan keringat keluar dari sarangnya untuk membuat gerah tuannya, opsi demi opsi para legislatif banyak sekali, seakan-akan perubahan peraturan malah seperti perang, perang yang seharusnya memakai senjata api, justru tidak, malahan mereka memakai argumen untuk menjadi senjatanya yang sistematis dan optimis akan logisnya opsi mereka kepada ketua.
Akhirnya mereka saling perang argumen, sehingga rapat pada waktu itu bisa dibilang sangat kondusif dalam keadaan rusuh, tidak ada yang tidur, makan, minum dll. karena para legislatif sedang semangat-semangatnya. entah moodnya lagi baik ataupun tidak, mungkin pula terjadi sesuatu yang mengembiraan perasaan mereka, sehingga para tuan yang duduk dikursi yang mewah itu mengeluarkan damage yang sangat besar.
Lalu, berselang beberapa menit kemudian, seseorang berintrupsi ia bernama yanto, ia mengatakan “Bagaimana jika rakyat menentang perubahan peraturan? Apakah kita sudah menjalankan amanah kita sebagai seorang legislatif?”.
Para legislatifpun merenung seketika, hening beruntutan disaat itu pula, ketua menjawab dengan tenang dan berkharisma.
“Kalau perubahan ditentang terus bagaimana jadinya negara ini maju?, kita harus menerima konsekuensi tersebut, pada akhirnya rakyatpun terbiasa dan akan redup sesudah dilaksanakan!”, tegas si ketua.
Giliran yanto yang terdiam, dia tidak berani berkata-kata lagi, usai ketuanya berbicara demikian, ternyata bu lilis yang seorang legislatif perempuan berintrupsi.
“Hey yanto, kalau elu takut dengan kemarahan rakyat gak usah jadi legislatif deh loh, lebih baik kamu jadi tukang cuci mobil gua!”, celetus bu lilis yang ekspresinya mengesalkan yanto.
Yanto sangat geram sekali dengan sikap lilis, merekapun saling beradu cemooh, meskipun di hadapan ketua.
“Elu janda lilis! suamilu saja enggak betah berumah tangga sama loooh, apalagi rakyat!”. ucap yanto dengan nada yang tinggi dan para air liurpun bermunculan, seakan-akan air liur yanto seperti pasukan pelengkap disaat yanto marah.
lilis kemudian tersinggung oleh ucapan yanto, “Elu juga duda yanto, gak intropeksi diri lu, istrinya aja diselingkuhin, apalagi tugasnya, lo ucap tentang amanah, sedangkan elo sendiri enggak amanah sama sekali”. bantah lilis yang berwajah memerah dan sangat seram, wajahnya penuh minyak dan berkolaborasi dengan bedak dan make up, yang ia rias dipagi hari.
Janda dan duda tersebut yang tadinya masih berumah tangga yang saling memanggil dengan kata aku kamu, sayang, cintaku dan cantikku, dan pada akhirnya berujung elo dan gue.
Orang-orangpun kesal dengan sikap mereka yang saling ejek serta keras kepala berlebihan, Ketuapun mematikan mic mereka dan melerainya.
“Dasar kalian ini, malah saling debat masalah rumah tangga disini, padahal itu kalian sendiri yang tanggung, kalian yang bercerai, malah dibawa di tempat rapat, tidak sopan sama sekali!”. tegas ketua yang sangat jengkel terhadap sikap yanto dan lilis.
Lantas Orang-orangpun menyuruh duda dan janda itu untuk keluar, dan menyuruh mereka menyelesaikan rumah tangganya dipengadilan agama, kalaupun masih tidak terima dengan realitas yang sudah valid.
Yanto dan lilispun terdiam, mereka bertatap-tatapan dengan muka yang saling suram, seram, penuh benci hingga maki, sehingga tak terbatas ekspresi mereka yang saling marah antara satu sama lain. Dulunya bermesraan, sekarang malah sebaliknya.
“Hey lilis! kamu yang menghina mantan suamimu duluan, dasar cewek gak sopan, dihadapan ketua saja begini, pantesan yanto enggak betah sama kamu!”. ujar supri dengan tegas dan sangat lantasng berbicara, dan ia sahabat selegislatifnya yanto.
“Apa kamu bilang? Aku kasih tau kebobrokan kalian kepada ketua, ketua! Supri dan yanto karaokean dan mabuk-mabukan, hingga main cewe di oyo, mana ada istri yang tidak menyikapi hal yang sangat dibenci tuhan, tuhan saja benci, apalagi saya sebagai istri!”. tegas lilis dengan nada yang sangat keras, karena micnya dimatikan oleh ketua, lilispun berbicara dengan nada yang sangat keras, hingga urat lehernya keliatan jelas.
Sontak ketua dan para legislatif pun matanya langsung tersorot kearah yanto dan supri, mereka tidak menyangka, wakil rakyat berbuat seperti itu, foya-foya diatas penderitaan rakyat, dan seenaknya menjalani hidup di negara hukum, seakan-akan tidak ada batasan tingkah laku mereka didunia.
Ketua akhirnya mengusir yanto dan supri, para legislatif melemparkan gulungan-gulungan kertas kearah meraka, banyak sekali yang melemparkan gulungan kertas kearah yanto dan supri, ke kepala, perut, bokong, hingga kemaluannyapun terkena lemparan.
Lilispun tidak bisa menerima pengkhianatan dari supri (sang mantan suami), lilis akhirnya menangis sejadi-jadinya diatas meja, hingga inguspun bangun dari tidur lelapnya, ingus keluar, ia telan ingusnya kembali. orang-orangpun saling menenangkan lilis yang sedang menangis, mungkin lilis sangat depresi berumah tangga dengan yanto, sehingga lilis menangis tanpa rem.
“Tenang lis, kan ada ketua yang masih duda”. ujar santi dengan muka yang imut mengimutkan, bisik ditelinga lilis dengan nada lembut.
“Lah iyayah? Buat apa aku menangis kalau begitu, aaaa maaciw ya jeung”. jawab lilis dengan amat gembira sangat. Lantas lilis merangkul yanti, sehingga suasana tidak lagi panas.
Pada akhirnya, masalah rakyat malah berujung buka-bukaan di ruang rapat. Apakah yanto dan supri di keluarkan oleh jabatan dan ulahnya? Apakah lilis dan siketua menikah? Dan apakah mereka saling melengkapi antara janda dan duda?, Mereka semua pasti bahagia dengan jabatannya yang mengatasnamakan RAKYAT.
Kesadaran memang perlu kita sadari, kesadaran akan menahan semua tingkah laku kita untuk berbuat sesuatu. Rakyat bukanlah barang yang selalu diuji coba, melainkan rakyat adalah organ dari negara, tidak ada rakyat maka negarapun mustahil adanya, begitupun dengan negara, tak ada negara maka rakyat diperbudak.
By : Restu Singgih
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI