Namun, keimanan tidak serta merta membuat seseorang menjadi pintar, bukan? Â Iman = Percaya. Â Mereka beriman, mereka percaya, namun siapa yang mereka percaya adalah orang-orang yang menyebarkan doktrin radikalisme. Â Ustad-ustad yang memiliki kepentingan titipan, yang mampu meramu ayat-ayat dalam Al Quran sehingga tercipta faham yang jauh dari intisari agama Islam itu sendiri.
Teroris-teroris agama adalah golongan yang sangat bodoh dalam beriman. Â Mereka tidak pernah menyadari apa yang mereka korbankan hanya digunakan untuk kejahatan. Â Nyawa para Mujahid ini berguna sebagai satu jalan merebut kekuasaan dan segala yang menyertainya! Â
Apakah masih kurang contoh negara-negara yang kini hancur karena konflik agama? Â Konflik agama diciptakan karena efektif, murah, dan pasukan-pasukannya berani mati. Â Cukup dengan janji surga. Â
Tidak ada satupun pasukan berani mati ini berfikir bahwa mereka dimanfaatkan oleh segelintir pihak-pihak yang selalu lapar, untuk melancarkan jalan memenuhi nafsu serakah mereka. Â Mereka dibentuk dengan terstruktur, dipelihara, ditanamkan kebencian yang tumbuh subur setiap saat, untuk dapat digunakan saat diperlukan.
Para teroris itu, mereka adalah saudara kita juga. Â Sebangsa, setanah air. Â Mereka bisa teman kerja kita, tetangga, bahkah sanak famili. Â Mereka korban doktrinasi yang dibentuk secara diam-diam. Â Paham-paham radikal masuk dengan halus di sekolah, di kampus, di organisasi yang mereka ikuti. Â Bahkan kini lebih mudah lagi dengan adanya Grup-grup di media sosial yang mudah diikuti bahkan oleh anak-anak remaja. Â Â
Waspada, Kawan. Â Jangan sampai terlanjur kita melihat orang-orang yang kita kenal, kita cintai, jatuh ke dalam jurang doktrinasi radikal dan kita terlambat mengetahuinya. Â Sebab jika mereka telah jatuh ke sana, sangatlah sulit untuk mengembalikan mereka untuk berorientasi hidup di dunia nyata, cita-citanya hanyah mati syahid, yang tentunya bukan untuk agama dan tuhannya, namun untuk keserakahan sekelompok orang-orang rakus yang tidak pernah merasa kenyang.
Anak saya, 12 tahun kelas 7 SMP. Â Pernah menerima broadcast message dari salah satu grup whatsapp yang diikutinya. Â Kata-kata bercanda khas anak ABG, disertai dengan permintaan untuk share dan forward ke 5 atau 10 grup lain kalau tidak maka akan jomblo seumur hidup. Â Isi pesannya sederhana, "Apakah kamu mau membela Agama Allah Swt dalam segala kondisi lalu masuk surga, atau kamu lebih memilih masuk neraka bersama Yesus?" Â
Kini ia selalu menghapus pesan sejenis itu hanya dengan membaca beberapa kata pertama. Â Bagaimana dengan anak anda? Â Adik? Keponakan? Â Sejauh mana usaha pencucian otak kecil-kecilan ini telah berusaha meracuni anak-anak kita? Â
Salam NKRI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H