Mohon tunggu...
Resti MaulinaChusnul
Resti MaulinaChusnul Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

olahraga dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Pengaruh El-Nino bagi Warga Indonesia

1 Juni 2023   10:01 Diperbarui: 1 Juni 2023   10:15 846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena La-Nina berlalu kini datang El-ino.

          Bagi masyarakat Indonesia sebagaian besar pasti sudah tidak asing lagi dengan berita kekeringan yang akan melanda Indonesia akibat cuaca ekstrim di awal tahun 2023. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah seperti pembuatan bendungan untuk uji coba El-ino pun di laksanakan. Pertanyaannya apakah dampak El-ino akan terjadi seperti di tahun 1997  silam?.

          Tentu tidak karena berdasarkan penelitian dari para  Asosiasi Ahli Atmosfer Indonesia (A3I)  bahwa dampak Enso ini tidak separah di tahun tahun sebelumnya. Namun bagi masyarakat khususnya wilayah Sumatra, Kalimantan dan sekitarnya dihimbau agar tetap waspada dan berhati hati jika El-ino melanda Indonesia. Sebelum lebih lanjut pembahasan mengenai El-ino dan pengaruhnya mari kita ketahui terlebih dahulu apa itu La-ina, Elino-Southern Oscillation (ENSO), dan kondisi Netral. Sobat informan Berikut penjelasannya,        

          La-Nina merupakan fenomena yang berkebalikan dengan El ino. Ketika La- ina terjadi, Sea Surface Temperature (SST) di Mid-Ocean Pacific atau di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan Sea Surface Temperature (SST) ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Mid-Ocean Pasific dan mengakibatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum bertambah.

          Sedangkan El-nino adalah fenomena pemanasan Sea Surface Temperature (SST) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Mid Ocean Pasific atau Samudra Pasifik bagian tengah. Pemanasan Sea Surface Temperature (sst) ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Mid-Ocean Pasific dan dapat menyebabakan berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El-ino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

         Sedangkan dari kedua fenomena tersebut apakah ada kondisi Netral?. Jawabnya ada, Netral adalah suatu kondisi normal musim dan apabila terjadi netral maka kondisi Indonesia aman. Secara garis besar Laina dan El-ino merupakan dinamika atmosphere dan laut yang mempengaruhi di sekitar laut Pasific. Saat terjadi La-ina musim hujan akan tiba lebih awal dari biasanya. Sebaliknya ketika El-ino terjadi musim kemarau menjadi sangat kering serta permulaan hujan yang lambat.

Ilustrasi kejadian ENSO

Indonesia telah mengalami La-ina secara 3 tahun berturut turut dari tahun 2020 hingga 2022, fenomena tersebut secara dinamika akan bergerak ke arah normal, netral. Apabila ada indikasi mengacu ke arah El-ino maka masih mengarah ke El-ino dengan kategori lemah. 

Artinya tidak terjadi kekeringan seperti pada 3 tahun silam. Pengaruh dari El-ino lemah ini, terletak pada sifat curah hujannya, namun dari sisi curah hujannya termasuk pada musim kemarau pada umumnya yakni berada pada kemarau normal. Hal ini jika dilihat di tahun 2020 sampai 2022 silam terjadi kemarau basah. Dikutip dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), istilah kemarau basah umumnya digunakan untuk merujuk pada puncak musim kemarau, tetapi diiringi oleh angin kencang dan hujan di beberapa daerah, karena di tahun 2023 El-ino mulai melemah maka yang terjadi adalah kemarau biasa seperti pada umumnya.

Berdasarkan pengamatan yang di dapat dari berbagai sumber, bahwa kondisi La-ina sendiri perlahan mulai melemah dan perlahan menuju ke kondisi Elino-Southern Oscillation (ENSO) netral di bulan Februari hingga April 2023, kondisi ini di perkirakan bertahan hingga bulan Juni 2023.

Sobat informan sebagai informasi bahwa ENSO terparah tercatat di tahun 1997, dimana kekeringan hebat telah melanda Indonesia.

Dampak El-ino secara Global

 Fenomena  ElNio-Southern Oscillation (ENSO) di Indonesia dapat memicu permasalahan seperti kekeringan dan minimnya curah hujan serta meningkatnya jumlah titik api sehingga rawan munculnya titik hotspot yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Dampak dari El-ino sendiri di Indonesia  adalah Kekeringan. Apabila hal ini terjadi maka akan berpengaruh pada pertanian dan perkebunan. Dampak tersebut dapat memicu potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang menimbulkan asap. Dalam bahasa meteorologi istilah ini  disebut dengan "Smoke" .

Beberapa wilayah yang berpotensi besar karhutla adalah Kalimantan dan Sumatra seperti di kota Pekanbaru, Jambi dan Pontianak. Secara langsung masyarakat Indonesia mendapat dampaknya salah satu diantaranya timbulnya penyakit seperti gangguan pernapasan karena menghirup udara yang tidak sehat secara terus menerus akibatnya banyak warga yang mengalami sesak nafas dari usia balita hingga lansia akibat asap, dimana kondisi tersebut selain mengganggu pernapasan, juga mata iritasi dan jarak pandang pun berkurang. 

Dalam hal ini kondisi tersebut sangat memprihatinkan karena tentunya mengganggu aktifitas manusia dan juga mengganggu penerbangan sipil maupun didunia penerbangan militer .

Sobat informan sebagai tambahan informasi bahwasanya terdapat juga siklon tropis yang berada di Utara Indonesia sekitar Filipina, sehingga menyebabkan curah hujan berkurang di Kalimantan Tengah, Timur dan Sumatra Jambi.

Penutup. El nino dan La nina merupakan peristiwa gejala alam yang terjadi disebabkan karena penyimpangan iklim salah satu diantaranya akibat dari ulah manusia itu sendiri yang memiliki sifat tamak. Peristiwa ini muncul permasalahan yang cukup pelik terhadap kehidupan masyarakat Indonesia mulai dari kekeringan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menimbulkan asap, munculnya penyakit, gagal panen, dan ancaman kelaparan dan kekeringan.

Maka dari itu marilah kita mulai menyadari betapa pentingnya menjaga bumi guna tempat tinggal manusia dan makhluk hidup serta generasi penerus kita kelak.

Sebagai ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Tuhan YME, kedua orangtua, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Asosiasi Ahli Atmosfer Indonesia (A3I), dosen pengampu, serta masyarakat Indonesia .

Penulis menyadari bahwa artikel ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami meminta maaf kepada pembaca apabila artikel di atas jauh dari kata sempurna. Semoga artikel ini bermanfat bagi sobat informan ya... saran dan masukan anda sangat membantu penulis terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun