"Manis."
"Cocok sama Agha."
Bebera orang terdengar memuji penampilanku yang mengenakan gaun pengantin berwarna putih, lengkap dengan jilbab dan make-up yang sederhana. Aku make-up sendiri.Â
"Ayo salim sama suaminya." Terdengar suara Pak Penghulu memberi intruksi. Mamak mendorong pelan bahuku, agar aku maju menuju suamiku.Â
Hingga detik ini, aku belum berani melihat wajah Agha.Â
Agha menyodorkan tangan kanannya. Aku pun menyambutnya dengan tangan gemetar. Ini pertama kalinya aku bersentuhan dengan lelaki selain mahromku. Kucium tangan kekar itu dengan lembut.Â
"Cium keningnya," titah Pak Penghulu. Agha pun mencium keningku.Â
"Alhamdulillah," ujar semua orang nampak berbahagia. Setelah itu Pak Penghulu mulai membacakan do'a untuk kami.Â
"Tampan." Satu kalimat yang keluar dari bibirku saat melihat wajah Agha untuk pertama kalinya. Rahangnya begitu tegas,kumis tipis dan alis tebal.Â
****
"Mak, Pak. Kulo ijin boyong Hana teng griyo kulo nggih," ucap Agha ijin pada Mak, dan Bapak untuk membawaku ke rumahnya.Â