"Kalian boleh menghinaku, tapi aku tidak akan membiarkan kalian menghina keluargaku. Aku akan buktikan, jika aku bisa sukses!!" Tekad Arin dalam hati. Ia beranjak dari tempatnya, melangkah mendakati sang adik, lalu masuk ke gubug reot.Â
Sampai di ruangan yang hanya bersekatkan kain kelambu, Arin langsung mengganti seragamnya dengan kaos sehari-hari. Dengan bekal pisau dan golok, bocah berumur 7 tahun itu berangkat ke pekarangan kosong yang ada di belakang rumahnya untuk mencari kayu bakar, daun temu, dan daun pisang klutuk untuk dijual.Â
****
Rembulan bersinar terang ditemani sang bintang. Binatang malam juga turut meramaikan malam.Â
Di bawah temaramnya cahaya kuning dari lampu 5 watt, dengan semangat berkobar, Arin membaca kembali buku pelajarannya. Tak hanya itu, ia juga mengerjakan soal di buku paketnya. Rasa lelah setelah seharian mencari sumber penghidupan, tak membuatnya berleha-leha. Ia harus lebih giat belajar agar tidak ada kata hinaan, cacian, bullyan, dan demi masa depan dirinya, serta sang adik. Arin tak mau sampai sang adik merasakan sakitnya dihina dan dicaci. Cukup dirinya saja.Â
****
Para murid SDN 1 Kapuk, sedang berkumpul di lapangan sekolah, menunggu pengumuman siapa saja yang masuk 3 besar dari kelas masing-masing.Â
"Juara 3, kelas 6C, ananda Tia Rahmawati," ucap Pak Kepala sekolah mengumumkan siswa berprestasi dari kelas 6. Siswa yang dipanggil pun maju ke depan. Berbaris rapi menunggu pemberian hadiah dari para guru.Â
"Ya Allah, semoga Arin masuk 3 besar," batin Arin berdo'a.Â
Acara pengumuman siswa berprestasi terus berjalan, hingga sampai di kelas 2. Debaran jantung Arin semakin bertambah kencang, saat Pak Kepala Sekolah mulai menyebutkan nama-nama siswa berprestasi dari kelasnya.Â
"Juara 2, kelas 2C, ananda Dwi Sisti Arini," ucap Pak Kepala.Â