Mohon tunggu...
Octorina Respatiningdyah
Octorina Respatiningdyah Mohon Tunggu... Swasta -

Pelancong jalanan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Pasar Tradisional, Riuhnya Pasar Karang Jasi

25 Februari 2016   21:44 Diperbarui: 25 Februari 2016   22:08 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali bepergian, berkunjung ke pasar tradisional selalu ada dalam agenda saya. Saya sangat suka dengan riuhnya pedagang dan pembeli bertransaksi. Melihat aneka barang dagangan yang terkadang tidak saya temui ditempat asal sangat menyenangkan. Pasar tradisional seharusnya bisa dijadikan tujuan wisata. Ada banyak hal yang bisa dijual. Ada beberapa pasar yang ternyata pasar tua yang kios kiosnya masih berupa bangunan lama. Ini bisa kita jumpai dibanyak pasar di jawa tengah. Jenis dagangan yang biasanya bermuatan lokal juga bisa jadi alat penarik turis karena tidak ada di tempat lain. Misal pasar Tomohon yang menjual aneka binatang hidup. Sering kali kondisi pasar tradisional menjadi kendala. Kumuh, becek, sampah dimana mana dan tidak teratur. Tapi kondisi seperti ini bisa jadi magnet bagi turis yang menyukai berbaur dengan penduduk lokal. Adalah pengalaman baru yang menyenangkan mengunjungi pasar dengan mengendarai dokar atau cidomo misalnya. Berbelanja buah serta aneka penganan, tawar menawar dan selfi selfi dipasar yang ramai atau diatas cidomo mengesankan pengalaman yang berbeda.

Pasar karang Jasi terletak di jalan Ismail Marzuki Mataram. Saya berkesempatan mengunjungi pasar ini lagi setelah puluhan tahun. Dulu, waktu  tinggal di Mataram, kami selalu berbelanja dipasar ini karena dekat rumah. Tahun 80an pasar ini kecil dan lengang, tapi sekarang telah berubah menjadi bangunan 3 lantai. Dengan suasana agak semarawut, ciri khas pasar tradisional, karena masih banyak pedagang memilih berjualan didepan pasar atau dipinggir jalan. Strategi menghadang pembeli. Deretan cidomo ,semacam dokar, yang parkir didepan pasar menambah semrawut dan kemacetan jalan. Entah kenapa saya suka sekali suasana seperti ini. Terasa hawa kampung.

Berbagai macam dagangan bisa dijumpai di pasar ini. Yang saya suka adalah sayurannya sangat segar dengan warna yang menggoda selera. Di Mataram para pedagang umumnya menjual cabe rawit dalam keadaan sudah dibuang tangkainya. Cabai terlihat bersih dan siap pakai. Biasanya dijual dalam wadah takaran selain dalam ukuran timbangan.

Selain sayuran umum seperti bayam,timun, pare, gambas, wortel selalu ada sayuran wajib. Apalagi kalau bukan kangkung. Siapa yang tidak kenal kerenyahan kangkung lombok terutama dalam bentuk pelecing kangkung. Jika sedang musim panen maka harga Rp.5,000.- per 3 ikat yang 1 ikatnya hanya berisi 3-5 batang saja. Pernah harga menyentuh Rp.5,000.- untuk satu ikat. Jika kangkung jenis lain dicari daunnya maka kangkung lombok disukai batangnya. Semakin sedikit daunnya semakin mahal. Ada beberapa sentra kangkung yang terkenal karena kerenyahannya seperti Pagutan dan Lingsar.

Tampak dalam bungkus plastik adalah buah jambu darsono atau jambu bol. Ada banyak jenis untuk jambu ini tapi di lombok umumnya berwarna merah tua kehitaman. Jambu ini hanya memiliki 1 biji besar. Rasanya manis asam segar. Buahnya lebih besar dari jambu air biasa, bahkan ada yang sebesar mangga.

Berbagai jenis buah bisa dijumpai dari lokal hingga impor. Ketika musim mangga bisa dijumpai mangga khas Lombok yang tidak terdapat didaerah lain. Bentuknya kecil seperti mangga lalijiwa. Rasanya manis,  berdaging dan bijinya sedang.

Ada sayuran yang tidak djual umum di daerah lain yaitu daun kelor. Bagi masyarakat Lombok dan Bali sayuran ini dimasak semacam sayur bening atau ditumis. Di jawa daun kelor tidak dimakan tapi dipercaya memiliki kemampuan menghilangkan ilmu ghaib atau jin yang bersarang ditubuh manusia.

 

 Ada pepatah yang mengatakan kita bisa melihat Bali di Lombok tapi tidak ada Lombok di Bali. Lombok dahulu pernah diinvasi kerajaan Karang Asem yang mendirikan kerajaan di Lombok Barat. Itu sebabnya budaya Bali sangat kental disana selain budaya Sasak sebagai penduduk asli.

Makanan Bali yang bisa dijumpai salah satunya adalah sate babi. Dijual terbuka dalam nampan sangat menimbulkan selera bagi penggemarnya. Pedagang daging babi dan masakannya bisa ditemui di lantai 1 menempel tembok dekat tangga arah keluar. Pedagangnya hanya beberapa orang. yang khas dari sate babi ini adalah baunya yang wangi. Bercampur rempah menimbulkan aroma yang bisa dikenali dari kejauhan. Sealin sate dijual juga sosis, babi kecap dan semacam pepesan yang dibakar.

 Bunga sangat penting bagi orang Bali. Bunga adalah bagian dari  upacara keagamaan.  Berbagai macam bunga bisa digunakan untuk sembahyangan. Bunga kenikir, pacar banyu, daun pandan, kamboja adalah salah satunya. Tak lupa janur yang akan dirangkai menjadi wadah.

Pedagang bunga bisa dijumpai diseluruh bagian pasar. Di bagian belakang ada beberapa pedagang yang menempati jalan kampung. Perlengkapan sembahyang, makanan khas Bali dan Lombok, peralatan kerja seperti cangkul dan sabit, serta daun lontar. Daun lontar juga dipakai sebagaimana janur tapi biasanya dipakai untuk wadah yang lebih besar karena daunnya lebih lebar, batangnya lebih besar dan keras.

Dikelilingi oleh pantai yang indah sangat mudah menjumpai sea food dalam bentuk mentah atau matang seperti dipindang. Dibagian luar ada pedagang sea food yang menjual gurita dan sebaskom kepiting. Disisi lain pasar pindang tongkol diatur melingkar dibaskom yang tiap ikan ditusuk bambu .

Ayam, biasanya jenis kampung atau pejantan, dijual dalam bentuk terbelah dengan tusukan bambu siap dipanggang. Masuklah ke los bumbu maka akan tercium bau menyengat khas yaitu terasi. Dulu yang terkenal adalah terasi Sweta. Dijual dalam cetakan besar seukuran timba tak heran kalau baunya tercium dari jauh.

Menarik bukan? 

Mulai sekarang jangan ragu untuk memasukkan pasar tradisional dalam list destinasi wisata anda.

Enjoy!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun