Namun, tentunya dengan segala pemberhentian ekonomi yang diupayakan oleh China memiliki pengaruh terhadap perekonomian global, hal ini dikarenakan negara tidak mampu memasok kebutuhan yang memang sebelumnya didapatkan dari China.
Pada saat ini China sudah mencabut adanya kebijakan zero covid. Dengan dicabutnya kebijakan ini tentu sama saja dengan memberikan kelonggaran kepada masyarakat, sehingga kegiatan perekonomian dapat dilakukan seperti semula meskipun tetap harus waspada. Dikarenakan pada januari 2023 jumlah masyarakat yang terpapar Covid-19 sejumlah 67.833 kasus. Hal tersebut diungkapkan pada data jumlah kasus Covid-19 di China.
Tidak hanya itu, juga diperkirakan bahwa akan ada kenaikan ekspor barang dan jasa daripada sebelumnya. Salah satu negara yang mendapatkan dampak positifnya yaitu Indonesia. Yang mana ekspor nonmigas Indonesia meninggi termasuk kedalamnya pula yaitu ekspor bijih logam dan batu bara ke China. Dapat diketahui pula bahwasanya China disebut sebut sebagai pencetak pertumbuhan ekonomi global utama, hal ini dikaitkan dengan kontribusi China terhadap produk domestic bruto global yang menyentuh 18,6 persen yaitu setara 96,3 triliun US Dollar. Angka tersebut dapat mengalahkan angka yang dicapai oleh Amerika Serikat. Meskipun demikian pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa juga membaik sehingga membantu mengurangi risiko resesi.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik sebuah titik inti yang mana China yang menjadi salah satu pasar internasional terbesar dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Ketika pertumbuhan ekonomi China sendiri sedang tidak berada pada titik stabil atau bahkan menurun, sehingga hal ini tentu menjadi tolakan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Hal ini tentu disebabkan oleh peran besar China terhadap negara-negara baik itu dari segi teknologi, ekonomi, dan kebutuhan-kebutuhan negara lainnya. Sehingga, ketika perekonomian China yang sekarang mulai membaik kembali itu juga berdampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian global saat ini.