Pada saat melaksanakan latihan coaching baik dengan peran sebagai coach ataupun coachee awalnya merasa canggung, saya masih terbiasa dengan prinsip mentoring dan konseling, saya masih ragu memahami tentang alur TIRTA. Setelah beberapa kali  berlatih saya merasa terbiasa dan merasakan nyaman dengan proses coaching. Coaching perlu dimiliki pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat. Dengan prinsip coaching kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi maka coaching yang dilakukan fokus pada solusi yang berdasarkan pemikiran coachee sendiri. Percakapan berbasis coaching dengan alur TIRTA untuk mencapai percakapan yaitu rencana apa yang ingin dikembangkan coache.
3. Articulation of Learning: Menjelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang. Â
Dengan saya mempelajarai modul 2.3 saya memahami perbedaan antara mentoring, konseling, fasilitasi, training dan coaching, prinsip coaching, kompetensi inti coaching,  serta alur TIRTA. Saya akan menerapkan praktik coaching  di sekolah saya, baik untuk murid maupun rekan sejawat. Kedepannya sebagai perbaikan saya akan memperbanyak referensi serta berlatih lagi dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot, dan juga tentunya meningkatkan kompetensi mendengarkan aktif agar tidak canggung dalam melaksanakannya di sekolah agar bisa presense (kehadiran penuh) agar coachee merasa didengarkan dan direspon dengan aktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H