Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Â Pada refleksi pembelajaran modul 2.3 ini saya menggunakan model Description, Examination and Articulation of Learning (DEAL). Model ini dikembangkan oleh Ash dan Clayton (2009).
Untuk membuat refleksi model DEAL menjabarkan pertanyaan dengan panduan berikut:Â
1. Description: Â Mendeskripsikan pengalaman yang dialami dengan menceritakan unsur 5W1H (apa, siapa, Â di mana, kapan, mengapa, bagaimana)
Pada pembelajaran modul 2.3 mempelajari tentang Coaching Supervisi Akademik yang merupakan lanjutan dari Program Pendidikan Calon Guru Penggerak. Modul 2.3 dimulai dari tanggal 8 Juli 2024 sampai dengan 27 Juli 2024. Alur pembelajaran pada LMS diawali dengan kegiatan dimulai dari diri diharapkan CGP mampu mengidentifikasi pengetahuan, pengalaman, dan  keterampilan dirinya terkait coaching di konteks pendidikan.Â
Setelah kegiatan dimulai dari diri dilanjutkan pembelajaran pada alur eksplorasi yang mempelajari materi coaching secara mandiri yaitu tentang supervisi akademik, konsep coaching secara umum, metode pengembangan diri, perbedaan mentoring,konseling, fasilitasi, training dan coaching, coaching dalam konteks pendidikan serta  paradigma berpikir among.Â
Setelah alur eksplorasi konsep dilanjutkan dengan diskusi eksplorasi konsep pada forum diskusi. Pada tahap ini CGP akan bereksplorasi secara mandiri untuk memahami konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam dunia pendidikan. Selanjutnya  CGP mendiskusikan hasil pemahaman mengenai hal-hal tersebut. Pada bagian forum diskusi tertulis ini, CGP menjawab pernyataan yang diberikan oleh peserta lain. Diskusi ini membawa pada refleksi akan pemahaman konsep coaching dan keterampilan coaching untuk supervisi akademik.
Selanjutnya adalah tahapan ruang kolaborasi sesi latihan dan sesi praktik. Pada ruang kolaborasi CGP secara berpasangan melakukan praktik percakapan coaching dan memberikan refleksi mengenai praktik percakapan coaching yang telah dilakukan di dalam kelompok bersama fasilitator. Coaching dilakukan secara bergantian antara peran sebagai coach dan coachee. Pada tahapan ini saya seperti mengalami proses coaching sebenarnya yang mana proses coaching memang sangat diperlukan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran di kelas.
Setelah ruang kolaborasi saya melakukan demonstrasi konteksual untuk dapat mengaplikasikan hasil latihan pada ruang kolaborasi di sekolah saya sendiri. Pada saat melakukan aksi nyata di sekolah saya dengan rekan sejawat awalnya istilah coaching masih belum difahami oleh rekan saya, awalnya rekan saya bernama Windi Febriatika seorang guru Biologi merasa gugup, ternyata pada saat melaksanakannya Ibu Windi Febriatika merasa senang, terbantu dan membuat relax setelah melaksanakan coaching karena seperti membayangkan apa yang terjadi dan apa yang akan dilakukan. Â
2. Examination: Menganalisis pengalaman tersebut dengan membandingkannya terhadap tujuan/rencana yang telah dibuat sebelumnya
Pada saat melaksanakan latihan coaching baik dengan peran sebagai coach ataupun coachee awalnya merasa canggung, saya masih terbiasa dengan prinsip mentoring dan konseling, saya masih ragu memahami tentang alur TIRTA. Setelah beberapa kali  berlatih saya merasa terbiasa dan merasakan nyaman dengan proses coaching. Coaching perlu dimiliki pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat. Dengan prinsip coaching kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi maka coaching yang dilakukan fokus pada solusi yang berdasarkan pemikiran coachee sendiri. Percakapan berbasis coaching dengan alur TIRTA untuk mencapai percakapan yaitu rencana apa yang ingin dikembangkan coache.
3. Articulation of Learning: Menjelaskan hal yang dipelajari dan rencana untuk perbaikan di masa mendatang. Â
Dengan saya mempelajarai modul 2.3 saya memahami perbedaan antara mentoring, konseling, fasilitasi, training dan coaching, prinsip coaching, kompetensi inti coaching,  serta alur TIRTA. Saya akan menerapkan praktik coaching  di sekolah saya, baik untuk murid maupun rekan sejawat. Kedepannya sebagai perbaikan saya akan memperbanyak referensi serta berlatih lagi dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot, dan juga tentunya meningkatkan kompetensi mendengarkan aktif agar tidak canggung dalam melaksanakannya di sekolah agar bisa presense (kehadiran penuh) agar coachee merasa didengarkan dan direspon dengan aktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H