Mohon tunggu...
Residensi Sastra
Residensi Sastra Mohon Tunggu... Editor - Media Sastra Online

Residensi Sastra merupakan Ruang dan Panggung media berkarya dalam dunia literasi dan sastra Indonesia. Gerakan inspirator untuk mewujudkan para penulis dan penyair agar terus bersinergi dengan melibatkan berbagai pembinaan kesusastraan. Semoga ini menciptakan keyakinan dan kepercayaan kepada para penggiat literasi dan sastra dalam berkarya secara mentalitas dan produktivitas, juga terlibat terampil melangkah secara nyata maupun maya. Yang tengah bergulir sejak tanggal 21 Juli 2022. Residensi Sastra membuka kesempatan memuat karya-karya para penulis dan penyair terlebih dalam dunia sastra dari seluruh Nusantara. Juga melalui aktivitasnya di Instagram, Facebook, atau blog yang telah memuat ratusan karya terpilih dan selektif. Dalam aktivitasnya juga mengagendakan seminar workshop atau pelatihan melalui live bersama para narasumber yang handal. Dan merilis karya-karya terbaik dari kontributor untuk diterbitkan dalam buku. Dari kami mengucapkan selamat! Atas karya dahsyatnya yang telah termuat oleh Residensi Sastra. ___________________ Partner: - Komunitas_Pelataran Sastra Kaliwungu - Komunitas_Titan Arum - Media_Obyektif.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Residensi Sastra Edisi 3 || Ketika Mencintaimu Aku Benar

23 Juni 2023   01:14 Diperbarui: 23 Juni 2023   01:28 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika Mencintaimu Aku Benar

By: Srikandi Indung Sarerea

Di mana rindu itu pernah kusebut berkali-kali 

di bawah kaki Tuhan kala rukuk dan sujud

Di sepanjang mata mengingat tentang air langit dan laut 

rindu selalu memberi kalut dan lalu, 

Menjadikan pijar untukku menagih langkah

: menujumu

Dari apa yang angin bisikkan

Acap kali kubaca debar di dada 

Meskipun sebaik-baiknya kini adalah diam

Menunggu iman yang membaca hakku 

Dan aku masih berharap jalanku benar

--- dan aku bersumpah dengan segala napas yang 

menjadikanku hidup. 

Bahwa mencintaimu, aku benar! ---

Lembah Gunung, 13 September 2019

Bunga Duka

By: Ardhi Ridwansyah

Bunga-bunga yang mekar

Tak selamanya indah

Tak mesti jua mengakar di kepala

Dan terus menerus menjadi diksi

Dalam puisi romansa.

Adakalanya dia terinjak-injak

Terbuang di tepi jalan

Kelopaknya ringkih,

Tangkai yang merapuh

Tanda kehilangan hati

Yang sebelumnya bersemi

Kini menjadi amarah

Membakar manis memori.

Jakarta, 22 Desember 2022

Retakan Kaca

By: Hilwan Adas

Senyum menghias di muka air

Jemari lincah menyingkap tabir

Badan melenggok hulu hilir

Terlanjur kasih tanpa pikir

Dahulu kelopak dari duri

Dahulu bayang dari raga 

Maksud hati

 di kasihi

Sangat nyata akan dusta

8 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun