Mohon tunggu...
Resi Angger
Resi Angger Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi traveling dan mengamati sebuah permasalahan pada obyek wisata yang saya kunjungi maka dari itu saya memilih untuk mengambil study di Prodi Destinasi Wisata universitas Airlangga, ada harapan besar agar saya bisa berkontribusi besar didalam dunia pariwisata Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Lingkungan pada Ekowisata di Kampung Adat Cireundeu

21 Juli 2022   22:40 Diperbarui: 21 Juli 2022   22:57 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Lalu di kampung adat cireundeu juga terdapat puncak salam yang merupakan tempat meditasi bagi masyarakat cireundeu. Lokasi puncak salam ini terdapat di sebuah bukit dengan ketinggian 908 mdpl yang dapat digunakan para wisatawan sebagai tempat berkemah. 

Dalam kampung adat cireundeu juga terdapat hutan penyumbang oksigen yang setiap leweung memiliki penghasilan tanaman yang berbeda, bahkan terdapat pula hutan terlarang yang dilindungi nilai sakralnya oleh masyarakat cireundeu, hutan ini mungkin bisa menjadi daya tarik bagi paranormal yang mempelajari beberapa hal mistis. 

Dan di kampung adat cireundeu juga memiliki kesenian yang khas juga indah saat melakukan upacara adat, seperti gondang, karinding serta angklung buncis. Kesenian ini dapat disaksikan oleh para wisatawan yang berkunjung.

Keunikan dan Ciri Khas Kampung Adat Cireundeu

Kampung adat Cirendeu memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri terutama dalam olahan pangan. Masyarakat kampung ini memiliki k emampuan dalam memanfaatkan alam sekitar dengan baik, mereka mampu berbaur dengan alam. 

Bahkan kehidupan yang tercipta dengan menggunakan alam sebagai tempat bertahan hidup, sehingga mereka melakukan sebuah tradisi turunan dari leluhurnya yang sudah satu abad melakukannya, yaitu mengonsumsi singkong (Pharmacista, G. 2019). Singkong ini diolah menjadi nasi dengan beberapa tahapan dalam proses pembuatannya. Setelah menjadi nasi, mereka mengonsumsinya dengan beberapa lauk tambahan.

Menurut masyarakat sekitar, hal  ini telah menyerap dan telah menjadi kebiasaan yang tetap. Rasi Singkong ini menjadi suatu ciri khas kampung adat Cirendeu sendiri dan menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu, masyarakat kampung adat Cirendeu juga melakukan berbagai inovasi dengan membuat jenis olahan singkong lainnya, seperti eggroll dan dendeng yang berbahan dasar singkong.

Kampung Adat Cirendeu memiliki pedoman pada prinsip hidup yang mereka anut yaitu: "Teu Nyawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat" yang memiliki arti "Tidak punya sawah asal punya beras, tidak punya beras asal dapat menanak nasi, tidak punya nasi asal makan, tidak makan asal kuat". 

Dengan maksud lain agar manusia ciptaan Tuhan tidak ketergantungan pada satu saja, misalnya sebagai bahan makanan pokok negara Indonesia yaitu beras, namun pandangan masyarakat Kampung Adat Cirendeu memiliki alternatif dalam bahan makanan pokok lainnya yaitu ketela atau singkong. 

Prinsip ini sangat cocok dianut bagi masyarakat Indonesia ketika melakukan diversifikasi pangan agar meminimalisir impor beras serta menjadikan ketahanan pangan di Indonesia bisa tetap terjaga.

Tantangan Prinsip Ekowisata Sebagai Dampak Lingkungan di Kampung Adat Cirendeu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun