Anak muda paling suka dan tertarik kalau sudah bicara soal cinta. Apalagi kalau sudah ketemu dengan sahabat atau teman-teman dekat, bisa lupa waktu kalau topik pembahasan sudah masuk ke topik percintaan. Bisa-bisa semua anak muda sekota tak ada yang luput absen dibahas.
Ketika berbicara soal cinta saja sudah begitu excited, apalagi dalam melakukannya. Bagi cowok kalau sudah ketemu cewek yang ditaksir atau sebaliknya, hemmm dah lah yang lainnya seakan menjadi ngeblur. Titik fokus lensa mata hanya pada doi seorang. Saya yakin setiap orang pernah, sedang, dan akan mengalaminya.
Saking semangatnya, terkadang seseorang sampai terlalu over dalam membangun dunia fantasi terhadap pasangannya, padahal status saja masih pacaran, atau malah masih pendekatan. Tetapi bayangan sudah sampai ke mana-mana.
Bahkan tak jarang  istilah "tubuhku sudah jadi milikmu" diterapkan meski belum menikah. Ya memang sampai saat ini pun selalu ada perdebatan mengenai hal ini, mengenai seks sebelum pernikahan.
Ada yg mengatakan tak boleh, dilarang, dosa, zina. Tetapi ada pula yang berpendapat hak pribadi, selama mau sama mau oke dsb. Ya monggo lah, hak setiap orang untuk memiliki dan meyakini pandangannya.
Kalau sudah memberikan segalanya sebelum menikah, kemudian karena satu atau banyak hal hubungan berakhir, tak jarang seseorang langsung down. Bahkan tak sedikit pula sampai harus mengakhiri nyawa sendiri, atau malah mengakhiri nyawa mantan pasangan, ngeri ya?
Pacaran seharusnya menjadi jalan, proses dalam seseorang menilai apakah pasangannya saat ini layak untuk menjadi pendamping disisa hidupnya kelak (ini juga yang kadang jadi alasan untuk melakukan sex before married hehehe).
Tentu maksud penulis tentang menilai bukan termasuk mencoba gimana "rasanya" si doi, itu mah mesum. Lha gimana seseorang bisa menjaga pasangan di semua aspek jika dalam berpacaran saja anda tak bisa menjaga "kesucian" pasangannya.
Nyatanya ada lho yang saking mesumnya pikiran sampai memandang relasi dan pernikahan hanya sebatas seks dan bersenang-senang. Padahal begitu rumitnya dunia pernikahan sangat tak sebanding dengan seks itu sendiri.
Dari 24 jam setiap hari yang harus dilalui dengan pasangan dalam pernikahan, suka duka, masalah-masalah, perbedaan perbedaan, tanggung jawab dan sebagainya, mungkin tak sampai 1/24 bagiannya yang dihabiskan untuk hubungan seksual itu.
Ketika pikiran dan bayangan dalam persiapan pernikahan hanya sebatas seksualitas, dia sedang melewatkan 23/24 bagian kehidupan pernikahan yang harus dihadapi nantinya. Horor kalau sudah begini.