Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Indahnya Putus Cinta di Kala Berpacaran daripada Perceraian

12 Januari 2021   16:00 Diperbarui: 12 Januari 2021   16:03 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh pixabay dari pexels

Berbicara mengenai relasi merupakan sebuah topik pembahasan tiada akhir. Harus diakui bahwa manusia diciptakan Tuhan sebagai sebuah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk dapat menjalani hidup.

Masihkah ada yang percaya jika manusia bisa hidup sendiri tanpa ada peran orang lain seumur hidup? Mustahil, bahkan saat awal kita dihadirkan di dunia saja sudah melalui seseorang yang kemudian kita sebut sebagai ibu.

Didalam perjalanan kehidupan, relasi itu tak terbatas kepada kebutuhan (saling membutuhkan) tetapi juga termasuk cinta. Yah, yang satu ini saya percaya jadi topik paling menarik bagi manusia muda termasuk juga saya sendiri.

Tetapi pada dasarnya semua yang ada di dunia ini memiliki akhir, bahkan dunia ini sendiri suatu saat akan berakhir. Termasuk juga soal cinta, yang satu ini pun juga mempunyai akhir.

Hanya ada dua pilihan soal cinta, berakhir karena dipisahkan oleh maut atau berakhir karena keputusan. Yang terakhir ini yang kita sebut sebagai putus cinta kan.

Ada juga sih banyak kasus cinta ditolak, diri sendiri mungkin juga punya pengalaman. Apakah bisa dikategorikan sebagai putus cinta juga? Ya ndak lah, nyambung aja belum kok sudah putus hehehe.

Masih banyak temen-temen muda yang merasa putus cinta jadi hal yang sangat mengerikan. Sangat benar dan boleh kita anggap mengerikan ketika itu terjadi di pernikahan. Apalagi bagi kita yang meyakini ikatan pernikahan sekali seumur hidup.

Untuk itu kita dituntut untuk menemukan pasangan yang tepat untuk maju ke jenjang pernikahan. Tetapi bukan itu fokus tulisan saya kali ini, didalam proses menemukan itulah kita akan memilih dan memilah, mencoba dan menilai, trial and error.

Jadi kalau kita harus memilih, wajar dong ya jika kita mengubah pilihan saat memang tidak memungkinkan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Berarti putus cinta saat pacaran wajar dong ya? Kenapa ada yang masih merasa menakutkan?

Saya sendiri paham sih kenapa putus cinta dikala berpacaran masih ada yang merasa hal yang menakutkan, mungkin anda pembaca juga paham. Nyatanya perasaan seringkali tak bisa berkompromi dengan logika.

Saat secara akal sehat hubungan yang kita jalani sudah tidak sehat, tetapi rasa sayang dan rasa harus mengikhlaskan bergelut dalam diri. Belum lagi bagaimana menjaga perasaan pasangan untuk tidak hancur atau malah meledak ketika hubungan harus diakhiri dan diikhlaskan.

Memangnya bagaimana kondisi hubungan yang sudah tidak sehat? Tidak ada poin pasti, masing-masing pribadi berbeda. Yang pasti ketika hubungan selalu membawa dampak tidak baik ke anda dan pasangan.

Bisa saja ketika komunikasi tak lagi berjalan baik, tetapi ada pasangan yang memang dalam berhubungan lebih jarang berkomunikasi dibanding pasangan pada umumnya. Sehingga jarang berkomunikasi bukan jadi masalah.

Bisa juga ketika pasangan sudah mulai menuntut hal-hal yang anda hampir tak bisa atau jelas tak bisa memenuhinya. Misalnya nih menuntut pernikahan di paris, padahal anda dan pasangan hanya karyawan biasa.

Tetapi layak dipikir-pikir lagi jika hanya karena pasangan tidak bisa tahu keinginan atau pikiran yang tak anda sampaikan, biasanya menyalahkan "dia tidak peka". Memangnya pacaran sama peramal.

Jauh lebih pasti, saran saya hubungan pasti harus diakhiri ketika pasangan anda tak lagi bisa "menjaga" anda. Seperti mulai mengajak bahkan memaksa berhubungan intim walau belum dalam ikatan pernikahan. Pada titik ini putus cinta yakinlah jadi hal yang indah.

Pasangan yang baik, yang sehat, yang bener-benar cinta akan menahan itu sampai pernikahan, menjaga kesucian anda. Sampai ketika hubungan intim menjadi hal yang suci dan kudus (atau halal) diikat oleh pernikahan.

Saya menghargai bagi yang tak setuju dengan ini, yang beranggapan seks hal yang wajar diluar pernikahan saat kedua pihak sama-sama menginginkan. Nilai yang dipegang setiap orang berbeda-beda dan harus saling menghargai tanpa harus merendahkan.

Sampai pada titik dimana hubungan tak lagi bisa anda jalani, pilihan putus cinta adalah pilihan yang tepat bahkan indah. Meski rasa sesak, rasa sakit tetap masih muncul, mengikhlaskan akan baik bagi anda dan pasangan. Dan bisa jadi pengalaman untuk menjalani hubungan selanjutnya.

Daripada memaksakan sampai ke ikatan pernikahan, kemudian meledak dalam kehidupan pernikahan. Karena secara manusiawi saat anda masih berpacaran, masing-masing masih memiliki rasa "takut" kehilangan. Tetapi begitu sudah diikat pernikahan, kedua sejoli merasa sudah saling memiliki sehingga sifat-sifat asli akan lebih keluar.

Jadi, tak perlu takut putus cinta sebelum menikah. Karena memang pacaran ditujukan untuk menemukan orang yang tepat untuk mendampingi kita disisa umur kita, menemukan tulang rusuk yang hilang.

Semua cerita cinta, cerita putus cinta menjadi pengalaman yang indah yang bisa ditertawakan berdua bersama pasangan pernikahan kita dan kepada anak cucu kita nanti.

Sebaliknya, takutlah pada putus cinta dalam pernikahan karena anda sudah terlanjur membuka diri anda, memberikan diri anda sepenuh-penuhnya pada pasangan.

Apalagi yang bisa anda berikan kepada pasangan baru anda? Ataukah anda kemudian memilih menjalani seorang diri disisa hidup? Saya bisa memastikan dalam kondisi ini, putus cinta berpacaran adalah pengalaman yang indah, jauh terasa lebih ringan bahkan hanya perlu untuk ditertawakan.

Dan tentu saja perceraian mengecewakan Tuhan yang telah mempersiapkan pasangan bagi setiap insan manusia. Atau jangan-jangan manusia sendiri yang tak pernah peduli pada pilihan Tuhan sampai perceraian bisa terjadi?

Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun