Mohon tunggu...
Resi Aji Mada
Resi Aji Mada Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan pribadi

Pernah menjalani pendidikan bidang studi Administrasi Negara di perguruan tinggi negeri di kota Surakarta. Pemerhati isu-isu sosial, politik, dan pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pancasila Tercapai, Indonesia Selesai

29 Oktober 2020   16:00 Diperbarui: 29 Oktober 2020   16:05 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Dio Hasbi Saniskoro dari Pexels

Lebih kurang satu minggu yang lalu, tanggal 20 Oktober 2020 tepatnya, malam hari seperti biasa saya menghabiskan waktu luang untuk bermain game online bersama kawan saya istilah anak mudanya "mabar". 

Memang hampir setiap hari saya menghabiskan malam dengan game online.Paling sering ketika ngegame biasa sambil nonton film di tv kamar saya, tujuannya supaya ga terasa sepi-sepi amat aja karena anggota keluarga yang lain sudah tidur di kamar masing-masing.

Tetapi hari itu sedikit berbeda, saya lebih tertarik untuk mengikuti acara Indonesia Lawyer Club di salah satu tv swasta karena tema yang diusung cukup menarik, "Setahun Jokowi-Ma'ruf Amin: Dari Pandemi Sampai Demonstrasi". Narasumber yang dihadirkan pun menurut saya sangat sesuai untuk bisa saling bertukar pikiran mengenai tema yang diusung. 

Singkat cerita hampir tengah malam, tiba kesempatan narasumber dari pihak pemerintah Menko Polhukam Prof. Mahfud MD untuk berbicara. Entah kenapa, saya tertarik untuk memperhatikan lebih seksama bahkan hingga menghentikan aktivitas game saya. 

Benar saja, ada hal yang sangat menarik bagi saya dari yang disampaikan oleh beliau. Terlepas dari posisi beliau sebagai perwakilan pemerintah untuk menjawab atau bahkan mengcounter kritikan lawan diskusi, penjelasan beliau menurut saya sangat menunjukkan status akademisi beliau. 

Beliau menyisipkan pandangan tentang apa yang terjadi kepada tiap pemerintahan selama indonesia merdeka dari tahun 1945 sampai sekarang, beliau mengatakan bahwa semua pemerintahan selalu dituding melenceng (atau setidaknya belum sesuai) dari pancasila, kearah manapun pemerintahan mengambil sebuah kebijakan. 

Saya rasa pandangan ini masih bersifat subyektif karena saya yakin pasti tetap ada pihak yang tidak setuju dengan pernyataan beliau, tentu dengan segala argumentasinya. 

Tetap saja, pernyataan beliau menarik dan menimbulkan pertanyaan dalam benak saya: "kalau memang benar apa yang disampaikan oleh pak Mahfud MD, kira-kira kapan ya pemerintah akan dianggap berhasil mengimplementasikan pancasila secara utuh?"

Dengan pertanyaan yang ada dibenak saya itu, ingatan saya ditarik mundur belasan tahun yang lalu, balik ketika saya masuk ke SMP, maupun masuk SMA. 

Dalam perkenalan terhadap almamater yang baru, dikenalkan pula apa yang disebut sebagai Visi dan Misi dari sekolah (lupa sih kalau ditanya sekarang apa saja poin-poin nya). Kemudian juga saya diingatkan akan pendidikan keagamaan saya dimana diajarkan setiap orang juga harus memiliki visi dan misi didalam kehidupannya. 

Menarik bagi saya terutama tentang visi, karena saya pernah diajarkan bahwa visi itu sebenarnya jadi suatu hal yang hampir mustahil (atau mungkin malah memang mustahil) dicapai, setidaknya kalaupun bisa akan membutuhkan waktu yang sangat amat lama. 

Walaupun mustahil dicapai, visi akan menjadi guidance, atau penunjuk arah, penuntun, apa yang kita lihat didepan, kemana tujuan setiap kita, atau sekolah kita (dalam konteks visi sekolah) akan bergerak maju. 

Tentunya dengan langkah-langkah yang dibuat dalam bentuk poin misi. Dalam konteks kehidupan seorang manusia, visi seorang manusia itu akan kita usahakan sampai akhir hidup kita. Saya membayangkan sebuah kesempurnaan dalam kehidupan andai visi itu tercapai. 

Pikiran saya seolah ingin menghubungkan tentang konsep visi (yang saya pahami) dengan Pancasila. Kita semua tahu bahwa Pancasila selalu kita sebut sebagai pilar ideologi bangsa Indonesia, Pancasila menjadi dasar dari segala pemikiran, ide, pandangan, gagasan apapun deh namanya dari Indonesia. Setiap hukum yang dibuat pun juga bersumber dari nilai-nilai yang terkandung di Pancasila. 

Berarti tidak salah juga jika saya menyebut Pancasila sebagai visi atau lebih tepatnya visi besar dari negara Indonesia, meski dalam bernegara jarang yang menyebut Pancasila sebagai visi. 

Pancasila akan menjadi dan seharusnya menjadi arah pandang seluruh komponen bangsa yang ada di negara ini, baik pemerintah, lembaga-lembaga, dan yang pasti masyarakatnya. Jika ini dijalankan, setidaknya kehidupan bernegara dari semua komponen bangsa yang ada akan bergerak maju ke arah yang sama.

Kemudian saya berpikir tentang negara. Secara konsep yang saya pahami dan pernah pelajari, munculnya negara karena adanya  sekelompok manusia atau masyarakat yang mendiami suatu wilayah tertentu dan membangun kesepakatan karena adanya keinginan bersama untuk mencapai suatu tujuan dengan membentuk pemerintahan yang diberi kewenangan untuk mengatur masyarakatnya melalui hukum-hukum yang dibuat. 

Dari konsep negara yang saya pahami ini, saya pikir sejalan juga dengan bagaimana negara Indonesia merdeka. Karena kesepakatan seluruh masyarakat dengan menunjuk dan mendorong (serta sedikit memaksa sampai harus menculik) Soekarno dan Hatta serta yang lainnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, maka hadirlah negara Indonesia. 

Selanjutnya ke arah mana negara ini akan berjalan? Disitulah Pancasila yang bersumber pula dari nilai-nilai luhur yang sudah ada di bangsa ini sejak dulu kemudian muncul sebagai sebuah ideologi. 

Saya semakin yakin kalau Pancasila adalah visi besar dari negara ini. Masalahnya keyakinan ini membuat saya menjadi sedikit galau, kenapa? Dengan konsep visi (yang sudah saya sampaikan diatas) dan keyakinan Pancasila sebagai sebuah visi besar, jangan-jangan Pancasila tidak akan pernah tercapai secara utuh? 

Ditambah lagi pernyataan pak Mahfud MD juga bahwa katanya belum ada terjemahan final dari nilai-nilai Pancasila, setiap pihak masih menafsirkan dengan sudut pandangnya sendiri. Apakah Pancasila benar-benar tidak akan bisa tercapai? 

Kalau saya mencoba menafsirkan pancasila, kemudian membayangkan bagaimana cara untuk mencapainya secara utuh, memang terasa berat sekali. Saya tidak akan mencoba menafsirkan Pancasila disini karena bisa-bisa jadi buku tulisan ini, apalagi saya juga tidak punya kemampuan dan kapasitas untuk menafsirkannya. 

Tetapi jika saya ambil contoh saja secara sederhana satu nilai di sila ke 5 "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", ini saja rasanya berat dicapai. 

Apa iya bisa untuk benar-benar menciptakan rasa adil bagi semua komponen bangsa? Bagi agama mayoritas maupun minoritas? Bagi suku bangsa mayoritas maupun minoritas? Bagi pulau jawa maupun papua? Petani maupun industri? Buruh maupun pengusaha? Miskin maupun kaya? (Adanya miskin dan kaya saja mungkin karena bentuk ketidakadilan, mungkin lho) susah rasanya untuk mencapai keadilan sosial. 

Tapi memang kan hadirnya negara ini untuk mengatasi masalah-masalah, untuk terus berupaya mencapai dan lebih dekat kepada Pancasila dalam penerapannya secara utuh. 

Terlepas dari cara dan kebijakan berbeda-beda yang diambil tiap periode pemerintahan dalam pelaksanaannya, sudah sewajarnya dan seharusnya semua mengarah kepada nilai-nilai Pancasila. 

Walaupun pula hampir dipastikan setiap pemerintahan itu mungkin tidak akan berhasil mencapai nilai-nilai Pancasila (dibuktikan dengan selalu adanya kritikan bahkan tudingan pemerintah melenceng dari Pancasila) apalagi secara utuh, entah sampai kapan nilai-nilai Pancasila pada akhirnya bisa tercapai. 

Atau jangan-jangan kalau suatu saat setiap orang (tanpa terkecuali) mengakui bahwa negara sudah berhasil mencapai Pancasila, negara ini sudah tidak dibutuhkan lagi? Pemerintahan tidak dibutuhkan lagi? Berarti negara Indonesia selesai? Mungkin lho ya, sebab apalagi tujuan yang mau dicapai jika semua sudah tercapai? 

Bukankah kesempurnaan dalam kehidupan masyarakat itu sudah tercapai saat visi besar itu tercapai? Bukankan negeri ini benar-benar jadi tanah surgawi saat Pancasila tercapai? 

Ah entahlah, pikiran penulis cuma bisa sampai disini. Yang pasti, hanya waktu yang bakal membuka jawaban sedikit demi sedikit apa yang selalu diandai-andaikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun