Padahal tipe soal seperti itu tidak akan memberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab dengan uraian yang sama persis dengan temannya yang lain. Mereka juga diarahkan untuk berpikir kritis, menganalisa, berpendapat, dan menuliskannya secara runut. Langkah-langkah ini sebenarnya adalah dasar-dasar membangun hipotesis, menulis karya ilmiah bahkan skripsi yang memang sangat diperlukan dalam membangun ketrampilan membaca dan menulis kita yang masih rendah. Â
Namun, sebelum mengujikan soal seperti contoh di atas, harus diikuti pula dengan kecakapan penyampaian materi dan cara mengajar yang baik. Sudah seharusnya kita mengajari anak didik bukan hanya teorinya saja tapi menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat dan bernegara.Â
Kembali lagi pada pengalaman saya tadi. Pada sesi selanjutnya, soal dari mata pelajaran yang lain juga hampir sama saja polanya. Anak-anak ini tidak boleh protes dan jika protes atau mendapat nilai kecil, pasti dilabeli dengan kata malas atau kata-kata pesimis lainnya.Â
Mereka meminta saya untuk membiarkan mereka mencontek atau membuka mesin pencari di gadget masing-masing. Saya tetap bergeming. Saya pikir kalaupun nilai mereka jelek, guru yang bersangkutan akan tetap menuliskan nilai mereka sesuai standar KKM bahkan lebih tinggi lagi. Tapi, nilai-nilai kejujuran perlu ditanamkan bahkan dalam keadaan pelik sekalipun.Â
Pada akhirnya, saya yang malah mendapat teguran karena dianggap terlalu keras ketika mengawas. Pihak sekolah inginnya guru-guru pura-pura saja tidak melihat jika ada siswa yang melakukan kecurangan saat ujian berlangsung. Yah begitulah hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H