Mohon tunggu...
Raina Widy
Raina Widy Mohon Tunggu... Guru -

Terbuka dengan perbedaan pendapat rainawidy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menelusuri Seluk-beluk Kampung Pempek Palembang

9 Desember 2017   13:24 Diperbarui: 11 Desember 2017   11:48 2005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada November 2017 yang lalu, sayaa diundang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai finalis dalam lomba membaTIK (membuat bahan ajar berbasis TIK) ke kota yang sudah saya pilih sebelumnya, Yogyakarta. 

Saya bertemu dengan rekan-rekan sesama guru yang semuanya berasal dari daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Saya satu-satunya perwakilan dari Sumatera Selatan bahkan Pulau Sumatera. 

Terus apa hubungannya dengan kampung pempek Palembang? Hmm... Teman sekamar saya ketika berada di hotel adalah guru sejarah di sebuah SMK di Salatiga yang juga merangkap sebagai guru berketerampilan ganda yaitu guru tata boga. Singkat cerita, dia ingin sekali mencicipi pempek dan teman-temannya terutama tekwan atau model.

Niatnya benar-benar saya bantu wujudkan ketika sampai di rumah, charger notebook saya ternyata terbawa dalam ranselnya. Jadilah beberapa harisetelah charger tersebut dikirim ke alamat saya, saya langsung menuju kampung pempek Palembang di daerah 26  Ilir.

Hampir di setiap sudut kota Palembang, ada banyak toko, warung dan kafe bahkan bakery yang menjual pempek. Setelah saya kirimkan beberapa toko pempek ke teman saya itu, dia memutuskan untuk menitip pempek di kampung pempek 26 ilir. Di tempat ini bisa disebut sebagai kumpulan warung aneka jenis pempek, harganya pun relatif murah dan tentu saja enak. Satu piece pempek rata-rata dihargai seribu rupiah saja. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Dalam foto tersebut belum semuanya keluarga pempek hadir, yang berkuah santan, pempek kapal selam, pempek lenggang dan pempek panggang belum ada. Yang berkuah udang itu model, sedangkan tekwan bentuk bulatannya kecil sebesar kelereng dan kuahnya sama.

Yang warna hijau itu kue tradisional, srikayo, dengan ketan putih di bawahnya dan tidak lengkap rasanya jika tidak ada es kacang merah khas Palembang juga.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Mungkin di beberapa daerah sudah banyak yang menjual makanan yang satu ini, apalagi kalau bukan otak-otak. Seribu lima ratus saja untuk satu buahnya. Dimakan dengan cocolan cuko, di lain tempat ada juga yang dicocol sejenis sambal merah.

Sayangnya di warung pempek ini, pempeknya tidak bisa dikirim dalam waktu lebih dari dua puluh empat jam. Kecewa sih tapi kemudian teman saya minta dibelikan getas dan kemplang saja sebagai gantinya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Ketika saya akan membayar belanjaan di kasir, saya 'menemukan' tekwan kering, lengkap dengan bumbu keringnya juga. Cara penyajiannya dengan merendam tekwan dan dibiarkan semalaman baru direbus, begitulah tips dari mbak kasir.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Yuk ke Palembang dan cobain pempek asli Palembang di kampung pempek pasar 26 Ilir Palembang. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun