Persepsi adalah istilah luas yang digunakan untuk menggambarkan beragam proses pikiran yang terlibat dalam memahami informasi visual. Objek yang ditangkap melalui visualisasi akan dikirimkan langsung ke otak.Â
Setelah mencapai otak, informasi dihubungkan dengan informasi lain dan pengalaman masa lalu. Pada akhirnya, informasi tersebut digunakan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan4.
Lantas bagaimana cara seorang pembicara mengendalikan persepsi audiensnya di sepanjang acara? Berikut tips dan tricknya supaya pembicara mampu memberikan tampilan visual yang maksimal di setiap panggung.
Tampilkan Diri Sesuai Kepribadian Sendiri
Setiap orang memiliki ciri khas yang unik di dalam dirinya sendiri. Keunikan pada diri sendiri ini yang kurang disadari oleh sebagian pembicara sehingga mereka terkesan mencontoh pendahulunya dan secara perlahan kehilangan kepribadiannya saat tampil di depan umum. Sebaiknya, seorang pembicara mampu meluangkan waktu untuk mengenal diri sendiri untuk mengetahui kepribadiannya.
Tipe kepribadian manusia telah dikaji dan dirangkum menjadi 4 jenis, yaitu sanguinis, plegmatis, melankolis, dan koleris. 1) Sanguinis: Orang dengan tipe kepribadian sanguinis cenderung hidup, optimis, ringan, dan riang. Tipe ini juga menyukai petualangan dan memiliki toleransi tinggi akan risiko. 2) Plegmatis: Seseorang dengan kepribadian plegmatis biasanya adalah orang-orang yang cinta damai. tipe plegmatis cenderung menghindari konflik dan selalu berusaha menengahi orang lain untuk memulihkan perdamaian dan harmoni. Plegmatis juga sangat suka beramal dan membantu orang lain. 3) Koleris: Seseorang dengan kepribadian koleris biasanya orang yang sangat berorientasi pada tujuan. Seorang koleris tidak menyukai pembicaraan singkat dan menikmati percakapan yang mendalam dan bermakna. 4) Melankolis: Tidak suka mencari hal-hal baru dan petualangan dan bahkan cenderung akan sangat menghindarinya. Orang yang melankolis juga dikenal sangat sosial dan berupaya berkontribusi pada komunitas, sangat teliti dan akurat5.
Temukan Target Audiens
Mudah sekali bicara di depan umum, tetapi jika tidak mengetahui target audiensnya, tetap saja membuat pembicara akan mengalami yang namanya salah kostum. Kesalahan ini memang tergolong sederhana dan dapat dimaafkan, tetapi sebagian orang akan menilai pembicara tidak profesional.Â
Hebatnya lagi, sebagian orang yang memberikan penilaian negatif pada sang pembicara adalah para sponsor atau orang-orang yang memegang keputusan akhir untuk mengundang pembicara itu lagi atau membuangnya dari daftar mereka.
Seperti dijelaskan di atas, bahwa busana adalah salah satu dari aspek visual yang perlu diperhatikan dan dijaga sangat teliti dan disiplin oleh pembicara. Namun, lain halnya jika pembicara berhasil menemukan target audiensnya. Dia menemukan bahwa audiens mereka dari kalangan milenial, maka busana yang digunakan adalah smart casual, gaya bahasanya moderen dan kekinian, dan pemilihan kata serta kalimatnya dalam skala sedang (tidak terlalu teknis, seperti: prioritas diganti menjadi penting, dsb.)
Dengan keberhasilan menemukan target audiensnya, maka aspek visual dari pembicara dapat sempurna dan mengurangi persepsi negatif saat penampilannya di panggung. Dampaknya, audiens akan senang dan merasa puas dengan penampilan dan penyajian dari pembicara. Akhirnya, audiens akan memohon panitia untuk menghadirkan kembali sang pembicara untuk menyampaikan materi lain di waktu yang berbeda.