Mohon tunggu...
Repinarsi Repinarsi
Repinarsi Repinarsi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis adalah seorang Guru yang bertugas di UPTD SMP Negeri 1 Pudingbesar dan mendapat amanah sebagai Wakil Kepala Sekolah BIdang Kurikulum serta Ketua MGMP IPA Kabupaten Bangka. Ibu rumah tangga yang hobi membaca, memasak, dan menulis juga terlibat aktif sebagai pengurus PGRI Kecamatan Pudingbesar dan Ketua Pokja I PKK Kecamatan PUdingbesar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengambil Keputusan untuk Membangun Masa Depan

24 Oktober 2022   23:32 Diperbarui: 24 Oktober 2022   23:42 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disukai atasan, disukai semua pegawai di sekolah, ataukah keselamatan dan kebahagiaan murid-muridnya?  Penguatan tujuan ini sangat penting karena akan memengaruhi langkah selanjutnya, mulai dari mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan (kesadaran diri), menentukan siapa yang terlibat (keterampilan berelasi), mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi (manajemen diri), pengujian benar atau salah (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab), pengujian benar lawan benar (kesadaran diri dan kesadaran sosial), melakukan prinsip resolusi (keterampialn berelasi), investigasi opsi trilemma (manajemen diri), pengambilan keputusan (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab), dan refleksi (kesadaran diri).  

Seorang pemimpin harus memiliki kompetensi sosial emosional dalam membuat keputusan yang bertanggung jawab yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.    

Meskipun Sembilan langkah ini adalah suatu prosedur yang fleksibel tetapi guru perlu banyak melatih diri agar terampil dalam seni pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal dan yang paling penting adalah berpihak pada murid. 

Guru selaku pemimpin pembelajaran perlu memahami perbedaan bujukan moral dengan dilema etika dan empat paradigma dilema etika.  Bagaimana seorang pemimpin bisa memahaminya?  Keterampilan ini hanya bisa dilakukan jika memiliki kompetensi sosial emosional terutama kesadaran diri, kesadaran sosial, manajemen diri, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.  

Mana nilai yang benar dan salah? Apakah dua hal tersebut sama-sama benar?  Manakah yang lebih penting dari kedua nilai benar ini?  Pemimpin tentu tidak bisa mengambil keputusan sendiri, ada banyak pihak yang mungkin akan terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang memerlukan keterampilan berelasi dengan orang lain.  

Demikian juga dengan menentukan paradigma dilema etika yang dihadapi, apakah termasuk paradigma indivu lawan kelompok (individual versus Community), keadilan versus rasa kasihan (justice versus mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth versus loyalty) ataukah jangka pendek lawan jangka panjang (short-term versus long-term).  

Mana yang akan diutamakan?  Apa pertimbangannya?  Nah, disinilah pentingnya seorang pemimpin menginternalisasi nilai-nilai diri dan perannya sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki visi, kompetensi sosial emosional, dan memberdayakan sumber daya di sekolah agar tercapai tujuan pendidikan untuk membentuk murid yang berbudi pekerti.

Permasalahan bujukan moral maupun dilema etika seringkali terjadi di lingkungan sekolah.  Seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengambil keputusan secara ideal melalui 9 langkah pengambilan keputusan meskipun dalam kondisi riil terkadang seorang pemimpin harus mengambil keputusan yang tepat dan cepat.  

Kemahiran membuat keputusan yang cepat dan tepat hanya bisa diperoleh melalui proses kesadaran diri yang konsisten dan ajeg. Keputusan terhadap bujukan moral dan dilema etika harus berlandaskan pada segitiga pengambilan keputusan yaitu berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab agar ekosistem sekolah tumbuh dengan harmonis dan menyenangkan, setidaknya ketika keputusan dibuat tidak menimbulkan konflik ekstrim yang mengganggu well-being sekolah.  

Oleh karena itu penting bagi seluruh warga sekolah untuk menyepakati bersama nilai-nilai kebajikan universal yang diyakini dan akhirnya tumbuh menjadi budaya positif sekolah.  Pemimpin yang memiliki kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berelasi mampu merangkul semua warga sekolah untuk berperan aktif dalam menciptakan budaya postif sehingga ketika sebuah keputusan diambil bisa dipertanggungjawabkan sesuai kesepakatan awal tentang nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. 

Tantangan-tantangan pasti selalu ada dalam tiap keputusan yang diambil, baik dari luar maupun dari dalam diri seorang pemimpin.  Tantangan dari dalam diri misalnya kepercayaan diri yang kurang, takut menghadapi kontra dari keputusan yang diambil, atau khawatir akan menjadi keputusan yang salah.  Permasalahan yang datang dari dalam ini bisa diatasi asalkan seorang pemimpin memiliki keteguhan hati, yakin akan pertolongan Tuhan, dan siap menghadapi pro maupun kontra dari sekitar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun