Pengantar yang biasa...
Malam-malam begini jadi ingat pengalaman 'stand up' waktu masih make seragam putih abu-abu. Waktu itu pas pelajaran bahasa inggris. Kita disuruh maju satu-satu buat cerita dalam bahasa inggris apa yang menjadi cita-cita kita dimasa yang akan datang.
Satu-per satu teman-teman maju dan mulai 'stand up' untuk cerita tentang cita-citanya di masa yang akan datang dalam bahasa inggris yang 'belepotan' jaman sekarang, tapi 'lumayan' keren pada zaman itu, hehehe. Banyak yang cerita punya cita-cita jadi 'teacher', 'police', 'nurse', 'bank's employee', 'pilot', 'army'...pas giliran saya yang maju, apa coba cita-cita yang saya utarakan saat itu di depan kelas.
Dihadapan teman-teman dan guru bahasa inggris saya, saya utarakan kalo cita-cita saya adalah... 'jalan-jalan'. Cita-cita sederhana yang saat itu sepertinya ga mutu dan berhasil bikin satu kelas ketawa ngakak. Memang 'jalan-jalan' bukan sebuah cita-cita, ya?. Â Mboh, lah. Tergantung siapa yang menilai dan berpendapat.
Akan tetapi, bukan masalah ambiguitas apakah 'jalan-jalan' merupakan sebuah cita-cita atau bukan, tapi lebih kepada 'kejujuran hati' seorang anak SMA yang mengutarakan passionnya...apa yang benar-benar dia pengen, dan benar-benar ingin ia lakukan (kejujuran hati, macam lagu Krispatih aja--cie cie cie, hahaha...). Â Â
Mungkin itulah alasan kenapa saya pada titik sekarang ini senang sekali bertualang. Hidup biasa-biasa aja itu, keknya ga menantang. Selalu aja pada satu titik pengen 'kabur' buat jalan-jalan, kalo enggak...mentok cuma milih buat 'jalan-jalan' di you tube aja.
Mmm, dengan predikat sebagai 'pe en es' yang bergaji biasa-biasa aja, trus suka bocor bayarin kredit ini itu, membuat cita-cita 'jalan-jalan' tadi menjadi ga relevan dan berasa jauh banget buat digapai.
Danabijak.com mengungkap, sebagian besar perencana keuangan berpendapat bahwa jalan-jalan merupakan salah satu pengeluaran yang boleh dibilang menempati urutan teratas untuk dipangkas dalam perencanaan keuangan (so, whattt?).
Makai dikit otak buat mikir...
Semua bacot-bacot sebelumnya, menggiring kepada sebuah pertanyaan ga penting "apakah salah memiliki keinginan buat travelling alias jalan-jalan?'. 'apa saving atau investasi menjadi pilihan yang bijak untuk mengalihkan alokasi dana buat 'jalan-jalan'?
Pertanyaan tersebut mengantarkan kepada 'perenungan' kondisi seperti apa yang membuat 'saving' menjadi pilihan yang lebih baik daripada 'expense for an experience', atau sebaliknya. Yuuukk, ayuk kita sama-sama telaah pada kondisi seperti apa saving/ investasi lebih penting daripada expense for an experience, atau expense for an experience lebih penting daripada saving/ investasi. Cekidot!.