Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemimpin Hipokrit Hijau dan Biopolitik Nexus (Air, Energi dan Pangan)

11 Januari 2025   15:38 Diperbarui: 11 Januari 2025   15:42 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maude Barlow (aktivis hak-hak kemanusiaan atas air bersih dari Council of Canadians suatu organisasi progresif yang mendukung ekadilan sosial atas perlindungan Sumber Daya Alam) dan Tony Clarke (aktivis dari Kanada yang memperjuangkan keadilan Sumber Daya Alam dan Keberlanjutannya dengan perlawanan pada privatisasi air, dimana air adalah hak publik untuk mendapatkannya dengan pengelolaan yang setara agar air tidak dikelola oleh perusahaan multinasional yang akan berdampak pada kesulitan ekonomi masyarakat). 

Kedua aktivis ini menuliskan krisis air di buku yang berjudul : Blue Gold: The Fight to Stop the Corporate Theft of the World's Water yang akhirnya menyelidiki dan menginvestigasi bagaimana privatisasi air mengancam akses air bersih masyarakat, terlebih hal ini banyak dilakukan di negara-negara berkembang, kedua aktivis ini dengan tegas mengkritik model bisnis yang sangat kapitalis hanya untuk keuntungan pribadi dan sama sekali tidak memberikan manfaat untuk kebutuhan manusia untuk air bersih yang menjadi kebutuhan vital. 

Menurut mereka, ini adalah kegiatan korporasi besar (perusahaan air multinasional) yang hanya memanfaatkan kekayaan Sumber Daya Air untuk segelintir kelompok yang memiliki kuasa dan hal ini memberikan dampak kemiskinan dan kerugian bagi warga lokal yang sudah sejak lama mengakses sumber air bersih di lokasinya. Hingga akhirnya, kedua aktivis ini selalu mengkampanyekan bahwa air adalah hak manusia dan manusia sebagai masyarakat yang berpikir harusnya kritis dan keberatan untuk privatisasi air karena penyebab ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dimulai dari kebutuhan air bersih untuk semua keperluan kehidupan, haruskah semuanya berbayar ketika alam sudah menyediakannya untuk seluruh makhluk hidup ? Berapa harga air di lokasi anda hari ini ? Adakah yang masih menggunakan air dengan akses tidak berbayar ? 

Nexus (Energi)  

Buku Carbon Democracy: Political Power in the Age of Oil yang ditulis oleh Timothy Mitchell seorang ahli politik yang menjelaskan hubungan sistem politik modern dan ketergantungannya pada energi (bahan bakar fosil terlebih batu bara dan minyak) dikarenakan demokrasi (sistem pemerintahan yang memberi kekuasaan pada rakyat) pada abad ke-20, dimana batu bara digunakan untuk menciptakan jaringan energi yang mempermudah pekerja tambang dan buruh industri. Transisi energi ke minyak sebagai sumber utama adalah kekuatan politik buruh yang melemah, kontrol minyak oleh negara-negara Barat (negara dengan pemerintahan demokratis dan ekonomi pasar bebas yang memiliki nilai-nilai kebebasan individu, hak azasi manusia, dan sistem ekonomi kapitalis yang sering mempengaruhi NATO, Uni Eropa dan PBB. Negara-negara ini adalah : Amerika Serikat, Kanada. Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Belanda, Australia, Swedia, Norwegia, Denmark, Finlandia, Belgia, Swiss). 

Mitchell mengingatkan bahwa sistem politik modern dan ketergantungan energi sedang memang akan selalu dikontrol Barat dalam politik global sehingga dampak yang paling terasa untuk masyarakat dunia adalah : ketimpangan kekuasaan, konflik geopolitik dan perusahaan minyak di berbagai negara akan selalu membuat pasar selalu ketergantungan dengan keberadaannya, hal ini pelik dituntaskan dan ditransisikan karena selama aktivitasnya belum terhenti maka kontribusi krisis lingkungan dan krisis iklim akan tetap ada hingga dunia memperlihatkan krisis berbagai ekosistem dan moral. Sudahkah terjadi saat ini ? Jika ya, maka bagaimana pemimpin negara meredam kerusakan ini ? 

Nexus (Pangan) 

The Food Energy Water Nexus yang ditulis dan disunting oleh ahli lingkungan dan energi (Peter Saundry) dan ahli komputasi yang sering membahas teknik energi (Benjamin L Rudell) menjelaskan bahwa : pangan, air dan energi jika dipandang secara konteks globalisasi perubahan iklim akan selalu berhubungan dengan pertumbuhan populasi dari setiap negara dan populasi itu didominasi oleh umat manusia yang tentu membutuhkan : pangan, air, dan energi untuk keberlanjutan kehidupannya namun lama kelamaan ini menjadi tantangan serius yang ternyata manusia nyatanya banyak yang serakah dan berlebihan dalam membutuhkannya, karena diperdagangkan dan ada nilai ekonomi didalamnya yang bisa menentukan seseorang/sekelompok pihak menjadi sangat kaya dan ketika sudah kaya maka akhirnya memiliki kekuasaan karena semuanya bisa dibeli, ini juga menjadi tantangan berbagai negara yang memiliki dampak manajerial Sumber Daya Alam yang salah urus berujung konflik, akhirnya semua pihak kewalahan memitigasi krisis lintas sektor. 

Biopolitik menekankan pada keberadaan pada suatu kekuasaan yang memiliki kontrol populasi, regulasi, kehidupan yang tidak terdampak, politik yang dipermainkan, regulasi yang dikeluarkan akan selalu berdampak pada kesehatan masyarakat yang merugikan, dan pelibatan ekonomi yang tidak mungkin berpihak pada kelompok lemah, kelompok tak punya kekuasaan akan dijadikan objek penderita untuk memuaskan kekuasaan. 

Pada studi kasusnya Saudry dan Rudell merangkum bagaimana kekuasaan politik dan ekonomi mengontrol akses dan distribusi sumber daya dan hasilnya keduanya menemukan ketidakadilan struktural dalam pengelolaan Sumber Daya ini, paling parah adalah di negara-negara berkembang yang pengelolaan pangan, energi dan air nyatanya dipolitisasi dan aksesnya tidak merata bahkan timpang. 

Negara berkembang banyak yang tidak mampu berkolaborasi secara sektoral dan lintas disiplin ilmu bahkan negara berkembang sering pesimis pada sains atau ilmu pengetahuan dan lebih percaya mitos daripada kemajuan teknologi dan keberadaan ilmuwan lebih menyesatkan lagi negara berkembang sering dijalankan roda pemerintahannya oleh para politisi yang tidak berkemampuan menangani elemen nexus (pangan, energi, dan air). 

Negara berkembang berkontribusi pada ketimpangan global untuk distribusi sumber daya yang tidak adil, Pemerintahan negara berkembang sering menciptakan dampak sistemik dari berbagai sektor terlebih : pangan, energi, dan air sehingga hal ini berpengaruh pada berbagai regulasi, keputusan, bahkan kebijakan yang nyatanya tidak memuaskan masyarakatnya dan sering menimbulkan perlawanan kolektif akibat ketidakmampuan pemerintahnya dalam mengelola permasalahan yang sudah terjadi bahkan sebatas paham terminologi fenomena tentang elemen nexus saja masih tahap mengetahui dan mempelajari dalam konteks luas. 

Negara berkembang diproyeksikan akan kesulitan menghadapi krisis pangan, energi dan ari karena tingkat tanggung jawab kolektif dari berbagai pihak abai, apakah hal ini benar terjadi di negaramu hari ini ? Sudahkah kompak antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat dalam keadilan elemen nexus : pangan, energi dan air ?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun