Pemanenan kopi secara tradisional hanya menggunakan cara manual yaitu dengan menggunakan tangan para petani dan pemetik kopi, untuk petani yang sudah berdaya sudah memiliki mesin pemanenan yang canggih biasanya sudah skala industri sebagai pemasok biji kopi sebagai mitra, tibalah pada hal terumit dari perlakuan biji kopi yaitu proses manajemen pasca panen.
Biji kopi dari buah kopi harus segera diproses untuk mengeluarkan biji kopi dari buahnya, setelahnya harus dicuci (pencucian biji kopi), kemudian dikeringkan (hal ini harus benar-benar teliti karena kalau tiba-tiba hujan akan mengakibatkan biji kopi basah dan penurunan kualitas sudah mulai terkikis dari kerusakan fisik), setelah biji kopi kering barulah biji kopi ini bisa mulai digiling menggunakan mesin penggilingan kopi populer dengan sebutan grinder kopi (coffee grinder).Â
Biji kopi pun dalam proses pengolahannya membutuhkan waktu beberapa minggu maksimal 3 minggu untuk memastikan proses pengolahannya baik proses basah (wet process) atau proses kering (dry process).Â
Wet process (proses basah) adalah metode menghilangkan lendir dari biji kopi yang berasal dari buah kopi sebelum melakukan pengeringan, tujuannya untuk menghasilkan biji kopi yang lebih cerah dan bersih.Â
Dry process (proses kering) adaah metode mengeringkan buah kopi utuh sebelum mengupasnya untuk mendapatkan biji kopi, tujuannya untuk memberikan rasa yang lebih kompleks dan berisi dengan tekstur kopi yang tebal dan cukup berat (alias tidak ringan seperti ampas).
2. Supplier Kopi hingga Pabrik/Produsen KopiÂ
Manajemen rantai pasok kopi tidak bisa terlepas dari pemasok dan produsen kopi yang siap mendistribusikan komoditasnya setelah melalui berbagai proses yang tidak sebentar dan tidak sederhana seperti layaknya konsumen datang ke kafe kemudian memesan jenis kopi yang diinginkan.Â
Apa yang menyebabkan pemasok kopi menjadi krusial, buku Coffee: Growing, Processing, Sustanaible Production yang ditulis oleh pakar dan konsultan kopi internasional dari Swiss yaitu Jean Nicolas Wintgens menjelaskan bahwa produksi kopi yang artinya kendalinya ada pada produsen kopi sebagai penghubung dengan distributor kopi nantinya sangatlah kontributif bagi keberlanjutan kopi, karena jika pemasok kopi menghilang maka hilang juga segelas kopi yang dinikmati. Disinilah bisnis kopi akan berkembang, stagnan (diam saja), bahkan hancur/bangkrut.Â
Jadi, pemasok kopi memiliki daya tarik untuk kelancaran pasokan kopi sehingga memperlakukan sektor hulu harus menjadi perhatian karena disinilah kopi itu tumbuh, hadir, hingga tersaji dan bisa dinikmati.Â
3. Distribusi menuju RitelÂ
Dalam manajemen rantai pasok kopi, distribusi adalah proses pengiriman biji kopi dari petani atau produsen ke pengepul, pabrik pengolahan, distributor, pengecer, dan akhirnya konsumen akhir (lihat kembali poin pertama).Â
Distribusi rantai pasok kopi juga melibatkan berapa banyak dan seberapa sering kebutuhan akomodasi dan transportasi untuk mengirimkan komoditas kopi ini, kemudian melakukan proses dan teknik penyimpanan komoditas kopi secara tepat agar tidak terjadi kerusakan fisik yang menurunkan kualitas biji kopi, dan hal yang perlu menjadi perhatian dan harus teliti adalah pengelolaan stok (ketersediaan) untuk memastikan kopi tersedia tepat waktu dan dalam kondisi optimal sampai ke ritel.Â