Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain) Kopi di Negara Demokrasi

3 Juli 2024   19:09 Diperbarui: 5 Juli 2024   10:20 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Kopi. (Pixabay via Kompas.com)

Rantai pasok kopi sendiri melalui sistem yang rumit dimulai dari beberapa sistematika dan prosesnya yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk sampai kepada tangan konsumen untuk segera dicicipi, beberapa prosesnya: 

1. Pengaturan Bahan Mentah 

Komoditas kopi berasal dari para petani kopi dan dipanen dari kebun kopi di suatu daerah/lokasi, proses pemanenan kopi tidak sebentar ada proses yang menghabiskan 3-4 tahun bahkan 5 tahun untuk sampai pada tahap mendapatkan biji kopi yang siap digiling atau dijual biji kopinya melalui beberapa jaringan produsen dan penjual kopi bahkan mafia kopi (tentu saja dalam rantai pasok komoditas pangan.

Keberadaan mafia komoditas sudah tidak asing hal ini jika dipandang positif akan menaikkan harga-harga kopi, disisi lain akan menyiksa upah para petani kopi dan pemetik kopi dimana upah-upah sektor hulu jauh lebih rendah daripada di sektor hilir). 

Bagaimana tidak upah pemetik kopi hanya kisaran 15 ribu rupiah untuk 5 jam memetik di kebun, sedangkan brand ambassador yang digunakan untuk iklan produk kopi bisa jutaan rupiah, mengapa tidak dibalik saja upahnya? Oh tidak pernah menarik secara visual dari sisi marketing. 

Mari melihat sejenak bagaimana kebun kopi menjadi tonggak bermakna dalam rantai pasok segelas kopi yang akan dinikmati setiap paginya, seperti ini keadaannya: 

Sumber video : Youtube Gastro Tourism Academy (dokumentasi pribadi) 

Ada beragam jenis kopi, misalnya kopi arabica dalam masa pembibitan itu ada yang 6 bulan, 8 bulan, bahkan 14 bulan baru bisa dipindahkan ke lahan/area yang akan menjadi ekosistem kopi. Setelah dipindahkan tentunya tanaman kopi ini harus melalui masa tunggu alias tumbuh kembang tanaman kopi hingga benar-benar siap dipanen. 

Waktunya tidak sebentar bisa mencapai 3-5 tahun sambil dilakukan perawatan (pemupukan, pemotongan tanaman liar yang menghambat, dan perlindungan hama serta penyakit tumbuhan kopi), paling cepat 3 tahun itupun terburu-buru oleh pengecer atau tengkulak komoditas kopi untuk segera diminta di Pasar. 

Semasa panen, setelah lamanya menunggu 3-5 tahunan, barulah 1 tahun itu akan memanen biji kopi biasanya musim panen kopi itu jika di daerah tropis bagusnya di musim penghujan. 

Panen kopi tidak bisa 1 hari, 1 minggu tapi biji kopi terus bermunculan kisaran 1-4 bulan sehingga pemetik kopi yang memanen kopi akan terus bekerja selama 1-4 bulan, di Indonesia sendiri misalnya di daerah Kabupaten Tasikmalaya panen kopi memasuki bulan Mei hingga akhir November adalah suasana yang tepat jika ingin melihat pemanenan biji kopi oleh para petani kopi. 

Biji kopi yang sudah cocok dipanen memberikan tanda warna merah atau kuning kemerahan mendekati warna orange, bukan yang masih hijau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun