Dua belas hari lamanya konferensi perubahan iklim di Dubai selama bulan Desember 2023 dari Paviliun Sistem Pangan yang hadiri oleh beberapa orang yang berlatar belakang lintas sektoral dan dari berbagai kalangan dari beberapa negara, sebelumnya pada COP 27, sebagai kali pertama adanya pembahasan sistem pangan pada konferensi ini, artikel sebelumnya membahas bagaimana Indonesia bisa bertransformasi dari terjemahan pesan kunci secara global.
Deklarasi EmiratesÂ
Sebelum mengetahui pesan kunci pada konferensi ini, telah diadakan deklarasi Emirates atau dikenal dengan sebutan UAE Declaration/Emirates Declaration untuk keberlanjutan pertanian, resiliensi sistem pangan dan aksi iklim. Intisari dari deklarasi ini ada 5 poin penting:
1. Peningkatan Kegiatan dan Respon Adaptasi dan Ketahanan PanganÂ
Hal ini menyasar pengurangan kerentanan semua petani, nelayan, dan produsen pangan terhadap perubahan iklim yang melibatkan dukungan keuangan serta teknis yang mengarah pada berbagai solusi, pembangunan kapasitas seperti perkembangan infrastruktur dan inovasi serta peringatan dini yang berkaitan dengan respon adaptasi ketahanan pangan karena dampaknya, perlunya mempromosikan ketahanan pangan dari mulai produksi hingga tahap gizi yang berkelanjutan dengan prinsip terus lestari, terlindungi, dan bersinergi pada pemulihan alam juga.Â
2. Mendorong Keamanan Pangan dan Gizi
Untuk bisa memaksimalkan upaya mendukung kelompok rentan terlebih sistem perlindungan sosial, program pemberian makan untuk anak sekolah, dan program pengadaan publik untuk gizi masyarakat, sehingga bisa mengembangkan penelitian dan inovasi untuk kebutuhan khusus perempuan, anak-anak, dan pemuda, masyarakat adat, petani kecil, petani keluarga, komunitas lokal. dan orang-orang dengan disabilitas.
3. Mendukung Pekerja dalam Pertanian dan Sistem Pangan
Tentang para pekerja di sektor pertanian dan sistem pangan seperti: perempuan dan pemuda yang mata pencahariannya terancam oleh perubahan iklim, serta melindungi pekerjaan secara inklusif dan layak melalui pendekatan yang sesuai dengan konteks sistem pangan (dari mulai peningkatan, penyesuaian, dan diversifikasi pendapatan)Â
4. Pengelolaan Air Terpadu
Memperkuat pengelolaan air terpadu dalam sistem pertanian dan pangan untuk seluruh tingkatan dengan tujuan memastikan keberlanjutan dan mengurangi dampak buruk pada komunitas yang bergantung pada air.Â
5. Memaksimalkan Manfaat Iklim dan Lingkungan
Tujuannya mengurangi dampak berbahaya pada pertanian dan sistem pangan dengan cara: melestarikan, melindungi, memulihkan tanah dan ekosistem alam, meningkatkan kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati serta beralih dari praktik yang menghasilkan gas rumah kaca tinggi ke pendekatan produksi dan dan konsumsi yang ramah lingkungan, termasuk mengurangi kerugian dan pemborosan pangan yang dibarengi dengan mempromosikan pangan biru/pangan air berkelanjutan.Â
Apa Pesan Kunci COP 28 dari Paviliun Sistem Pangan?
Hasil deklarasi emirates yang terhubung dengan deklarasi COP 28 UAE mengarah pada pertanian berkelanjutan, sistem pangan tangguh, dan tindakan perubahan iklim dengan harapan masa depan masih hampir sama dengan berbagai antisipasi dan solusi problema ekologi sebelumnya yang menagih beberapa hal seperti:
Ancaman iklim mengancam ketahanan pertanian dan sistem pangan.
Hal ini menyeret persoalan kompleks dari eksistensi kelaparan global, malnutrisi (kondisi tidak tercukupinya kebutuhan gizi), tekanan ekonomi yang banyak terhantam efek dari menurunnya pergerakan uang, dan fenomena yang disoroti dunia adalah dampak besar konflik sosial-ekonomi yang langsung menurunkan kelompok rentan menjadi kelompok marjinal/tersisihkan.
Pongelolaan Pertanian dan Sistem Pangan
Setiap negara diharuskan mengurusi permasalahan pengelolaan dan merespon dampak krisis iklim dengan inovatif dan tujuan kemakmuran bersama harus masuk dalam perencanaan jangka panjang yang dibenahi dari dimulainya COP 28. Apakah setiap negara sanggup melakukan tantangan ini? Semua tergantung dari fungsi-fungsi kementerian untuk kerjasama lintas sektoral jangka panjang.
Yang sudah terlihat pergerakannya adalah negara-negara di Afrika yang melakukan transformasi besar-besaran, sepertinya Afrika sedang melakukan perubahan radikal pada sistem pangan. Bagaimana dengan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara?
Hak atas Pangan dan Akses untuk Semua
Hal ini amat sangat rumit karena untuk mewujudkan konteks ketahanan pangan nasional, harus didahului oleh kedaulatan pangan terlebih dahulu, berdaulat atas tanahnya, berdaulat atas benih-benihnya, berdaulat untuk memberdayakan putra-putri terbaik sebagai pekerja dari industri pangan, dan berdaulat untuk para penikmatnya/konsumen.
Konsep sederhana bisa dimulai dari Pangan dan Makanan yang aman, cukup, bergizi, terjangkau (tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah, dan ini ada neraca harga bahan pangannya, maka dari itu dokumentasi harga pangan harus selalu terbuka pada masyarakat agar bisa mengontrol pada ketersediaan pangan, terlebih bagi para pengolah makanan yang mendapatkan rezeki dari kegiatan ini), untuk komunitas tertentu pangan halal yang tidak mengarah pada bisnis tapi sesuaikan dengan visi misi agama sebagai perlindungan spiritual sehingga menghadirkan keberkahan pada setiap konsumsi yang dinikmati.Â
Peranan Fundamental Pertanian dan Sistem Pangan
Selama manusia dan makhluk hidup lain berkehidupan di dunia, maka semua butuh makan, kehidupan dan mata pencaharian para petani (petani kecil/gurem, petani keluarga, nelayan, produsen, dan pekerja lapangan lainnya) harus diberikan lowongan pekerjaan yang terjamin.
Saat ini di Indonesia belum ada lowongan pekerjaan yang digaji negara untuk kegiatan ini, para petani dominasinya menggunakan modal sendiri, sedangkan para pegawai administratif yang digaji negara belum bisa memaksimalkan produktivitas ketersediaan pangan secara makro, karena memang tidak menggarap lahan pertanian jika hanya bekerja dari dalam ruangan dan hanya mendiskusikan hasil statistik belaka.
Akankah Indonesia menghadirkan pekerjaan layak digaji negara untuk posisi petani yang gajian setiap bulan ditanggung negara layaknya abdi negara lainnya? Kita tunggu pengumuman baik ini. Indonesia harus berani membuka kesempatan ini, jika ingin kembali disebut dengan negara agraris dan negara dengan mega biodiversitasnya yang kaya.Â
Memilah Kerjasama Internasional dan Multipihak/Sektoral yang Sejalan dan Relevan
Hal ini bisa mulai ditanyakan, ditagih bahkan dilacak, Indonesia sudah bekerja sama dengan negara-negara tetangga mana saja dalam sistem pangan dan apa layanan jasanya atau produknya?Hal ini adalah hak publik mengetahui perkembangan program-program kerjasama yang sudah dilakukan melalui diplomasi-negosiasi. Dan hal ini bukanlah untuk kebermanfaatan segelintir pihak, tapi merata, dan tentu perlu waktu yang tidak sebentar. Apa saja bentuk kerjasama internasional dengan negara Singapura? jika netizen dan citizen tidak bisa menjawab, perlulah sosialisasi tentang informasi ini, atau jangan-jangan tidak ada kerjasama? Walaupun ada kegiatan ekspor-impor, tujuannya hanya untuk sektor ekonomi saja, dari sisi persilangan budaya, pemberdayaan, dan keakraban bernegara sudahkah petani Indonesia menggarap lahan tani di Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia? Timor-Timur? Papua Nugini? Kamboja? Lao PDR/Laos? Sebagai pergantian pengalaman dan saling memahami kontur ekologis satu benua dan negara-negara bagian dalam menghadapi tantangan krisis iklim pada sektor pangan?
Komitmen pada Persetujuan Global, hal ini semacam reafirmasi (kekuatan) untuk mewujudkan visi misi global terhadap berbagai agenda, misalkan agenda 2030 Transformasi Sistem Pangan yang diusung oleh PBB, yang menekankan pada kerangka kerja Global Biodiversitas Kunming Montreal dan konvensi untuk memerangi Desertifikasi. Kesepakatan Paris/Paris Agreement yang berhubungan dengan kepentingan mendesak pada sistem pangan tangguh pada krisis iklim.
Kerangka Kunming-Montreal dengan tujuan: (a) Memelihara, meningkatkan, memulihkan ekosistem dan kepunahan dihentikan 10x lipat serta mempertahankan genetik, (b) Memanfaatkan keanekaragaman hayati berkelanjutan sebagai kontribusi terhadap manusia, (c) Peningkatan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik dan (d) Tersedianya dan terimplementasinya dari kesenjangan pendanaan 700 milyar dollar pada keanakaragaman hayati.Â
Deklarasi ini menekankan urgensi dan komitmen kolektif terhadap transformasi dan adaptasi sistem pangan global untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketidaksetaraan pangan. dan inilah dokumen Deklarasi Emirates dimana Indonesia pun mendukung dan menyepakatinya.Â
Indonesia: Rehatlah Sejenak dari World System Theory Untuk Kewarasan Berkonsep dan Beraksi Untuk Sistem Pangan Masa Depan Dengan Versi Sendiri Sesuai Dinamika Ekologisnya
Sebagai perwakilan penyimak di COP 28 Paviliun Sistem Pangan, tentunya ada beberapa hal tidak bisa diadaptasi, diadopsi, bahkan dijiplak habis-habisan, tetap sesuaikan dengan situasi dan kondisi lokasi terdekat untuk bertransformasi dan semuanya dimulai dari hal-hal kecil nan sederhana yang bisa dilakukan setiap hari sebagai proses persistensi dari mulai individu, tidak yang terlalu berekspektasi tinggi,tidak terkejar, kurang pendanaan, logistik nanggung dan ketidaksiapan Sumber Daya Manusia karena nyatanya belum terampil dalam memahami sistem pangan Indonesia, baik secara historis atau konsep futuris.Â
Apa itu World System Theory?
Ini adalah pemikiran para sosiolog dunia, kepopuleran World System Theory karena Immanuel Wallerstein seorang pemikir globalis yang terinspirasi oleh Karl Marx (bisa dibilang sebagai filsuf sosialis yang pemikirannya disebut dengan marxisme, sederhananya membahas teori sosial secara kritis).
Wallerstein menulis buku berjudul: Modern Wolrd-System I: Capitalist Agriculture and the Origins of European World Economy in the 16th Century yang intisarinya adalah membahas pembentukan awal sistem dunia kapitalis pada abad ke-16.
Fokusnya adalah transformasi pertanian kapitalis di Eropa dan peran penting perdagangan global dalam membentuk struktur ekonomi dunia.
Wallerstein memperkenalkan konsep inti dan periferi (ekonomi lemah dalam sistem dunia) sebagai elemen kunci teorinya yang menjelaskan bagaimana negara-negara berinteraksi dalam hubungan ekonomi yang tidak seimbang.Â
Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein adalah kerangka teoritis abad ke-20 untuk memahami dinamika ekonomi dan politik global serta hubungan antarnegara. Terbagi menjadi inti, semi-periferi, dan periferi, sistem ini menggambarkan hierarki ekonomi global. Wallerstein melakukan eksploitasi penjelasan antara inti yang mendapatkan manfaat ekonomi dari periferi (ekonomi lemah dalam sistem dunia).
Teori ini menekankan dinamika perubahan struktural dalam siklus kelahiran, perkembangan, dan kemunduran negara. Wallerstein juga menggarisbawahi peran krusial negara-negara dalam struktur ekonomi global.
Kontribusinya terhadap pemahaman ketidaksetaraan global dan ekonomi telah diakui, meskipun juga kontroversial dalam kajian ilmu sosial, terlebih pada bahasan sosiologi dan antropologi sosial dan antropologi ekonomi agraria, namun persetuan ini tidak pernah berakhir karena belum ada titik temu pada keadilan ilmiah, sebagai referensi fundamental world system theory ini berpengaruh besar bagi pergerakan ekonomi global dan bisa menjadi rujukan dasar.Â
Wallerstein mengkategorikan ekonomi dunia kapitalis menjadi tiga bagian:
Periferi: Wilayah paling kurang berkembang yang dieksploitasi oleh negara inti untuk: tenaga kerja murah, bahan baku, dan produksi pertanian.
Semi-Periferi: Wilayah menengah yang dieksploitasi oleh inti dan berperan dalam eksploitasi periferi. Belakangan ini, mereka mengembangkan: aktivitas manufaktur pada produk yang kurang menguntungkan bagi negara inti.
Negara Inti: Negara-negara inti, seperti Eropa dan Amerika Utara, mendukung akumulasi modal secara internal dan di seluruh ekonomi dunia. Mereka memiliki kekuatan politik, ekonomi, dan militer untuk menegakkan ketidaksetaraan ekonomi dan memanipulasi pasar global melalui praktik seperti dumping barang berbahaya, eksploitasi tenaga kerja murah, dan pengendalian paten.
Intinya, seperti halnya dalam kapitalisme di dalam negara-negara yang ada di seluruh dunia, ketidaksetaraan kekuatan antara negara-negara juga tidak terhindarkan dan menjadi subjek perjuangan. Terdapat kontradiksi internal yang seiring waktu menyebabkan ketidakstabilan pada sektor: politik, ekonomi, dan ketegangan sosial.Â
Menurut Wallerstein:
Pada akhirnya, akan terjadi krisis ekonomi global yang akan menyebabkan runtuhnya sistem dunia kapitalis, membuka jalan bagi perubahan revolusioner.Â
Nyatanya saat ini jika ditelisik tentang krisis kapitalisme yang akan datang dan sedang terjadi, sesuai dengan pendekatan analisis teori sistem dunia/World System Theorynya Wallerstein dimana dunia sedang menghadapi berbagai problema, diantaranya dirusaknya sistem pangan agar semua manusia berkompetisi mendapatkannya namun lahan garapan pangan diubah sehingga krisis penyakit berdatangan dan kelaparan melanda, tim kapitalis sudah mempersiapkan produk dan jasanya.
Negara-negara inti memanfaatkan kekuatan ekonomi, politik, dan militer mereka untuk mengakumulasi modal secara signifikan, yang menciptakan ketidaksetaraan ekonomi dan politik dalam dan antara negara-negara, kilas balik warisan kajian dari Marx dan Analisis Kapitalisme bahwa warisan pemikiran Marx dalam teori sosial terletak pada analisis mekanisme dan kontradiksi kapitalisme, bukan pada prediksi masa depan utopia.
Sayangnya para akademisi sering tidak mendalam memaknai pesan-pesan ini, sehingga rujukan Analisis Sistem Dunia oleh Wallerstein dapat menyoroti peran negara modern dalam kerangka ekonomi, politik, dan hukum global yang disebutnya sebagai "sistem dunia. Dimana pelibatan tiga jenis sistem sosial yaitu:
Mini-sistem (masyarakat homogen), imperium dunia (ekstraksi surplus dari wilayah terpencil), dan ekonomi dunia (ekstraksi surplus tanpa sistem politik bersatu).
Kapitalisme dan pembagian kerja global dimulai di Eropa pada sekitar tahun 1500 dan berkembang menjadi sistem dunia yang melibatkan pembagian kerja global yang tidak setara, hal ini muncul penciptaan negara-negara modern dan kapitalisme Eropa tercipta bersamaan dengan tujuan awal adalah melindungi kepentingan para kapitalis, termasuk pendirian ekonomi dunia yang tidak setara.
Setelah dunia tidak setara maka, akan terbentuk mekanisme Eksploitasi Kapitalis, hal ini adalah sistem ekonomi dunia kapitalis dimana inti dari kegiatan ini adalah melakukan eksploitasi yang menggunakan akumulasi kapital dan ekstraksi surplus melalui produksi yang terhubung global dan dampaknya segala apapun yang menyangkut industri akan menjadi mahal untuk konsumen namun murah untuk produsen, walau berbagai aturan ditabrak, karena tujuan utamanya adalah hanya keuntungan semata.
Pada akhirnya, ketidaksetaraan dalam pembagian kerja dan perdagangan global dipengaruhi oleh ketidaksetaraan kekuasaan dan hal ini merembet dari tingkat internasional, nasional, bahkan lokal.
Apakah hal situasi ini sedang Indonesia rasakan pada sektor sistem pangan dan pertanian atau sektor penggerak kehidupan lainnya?
Jika ya, segera berbenah dari cengkraman aturan main global yang tidak memberikan hal-hal mutualisme bagi Indonesia tercinta.Â
Refleksi Catatan Singkat COP 28 Oleh Anak Bangsa Untuk Sistem Pangan Masa Depan Negaranya: Indonesia
Ketika menyimak hasil Cop 28 dari Paviliun Sistem Pangan secara hibrida, rasanya Indonesia tidak perlu mengikuti keseluruhan agenda-agenda global yang akan memperbudak Indonesia.
Sistem Pangan Indonesia punya gayanya tersendiri, dimulai dari kualitas para petani lintas usia, maka hadirkan kembali berbagai payuguban, komunitas, asosiasi, dan komunitas.
Melihat ketersediaan pangan Indonesia yang sering tidak stabil bahkan beberapa komoditas menghilang, ini saatnya mengembalikan gotong royong saling bantu dan saling tampung komoditas pangan, kita semua terlena dengan hal-hal modernitas dan kecanggihan sampai lupa bahwa masyarakat Indonesia itu punya persatuan kekerabatan dari setiap etnisnya karena punya semboyan negara: "Bhineka Tunggal Ika", walau berbeda-beda tetap satu jua.
Ini adalah kemewahan peradaban budaya, maka ketika ada berbagai konflik agraria, harusnya sesama orang Indonesia bersatu padu melawan kebengisannya, karena tujuannya sama adalah: melanjutkan hidup dari sumber-sumber kehidupan.Â
Inilah beberapa catatan mini COP 28 Paviliun Sistem Pangan untuk bangsaku dan negaraku Indonesia agar tidak terkecoh agenda-agenda global yang merugikan berbagai pihak bahkan membuat perekonomian lokal lesu, sebab bangsa Indonesia masih punya patriotisme dari nurani kecilnya untuk bisa sejahtera bersama dan dimulai dari keperluan apa yang bangsa ini makan yaitu: Pangan!Â
Sebagai ringkasan, posisi Indonesia tengah menjadi sorotan global terkait kerusakan lingkungan dan kekayaan biodiversitasnya. Meskipun pemberitaan global sering fokus pada deforestasi, Indonesia dianggap memiliki harapan baru yang belum sepenuhnya teridentifikasi. Ada peluang untuk menghentikan mega proyek dan beralih ke model ekonomi yang mendukung keberlanjutan dan keanekaragaman hayati.
Pentingnya menghargai produk budaya yang lestari dan mendukung pangan lokal. Sistem pangan perlu disederhanakan dengan mendukung petani secara langsung tanpa melibatkan perantara.
Pengaruh gaya hidup dan tren global terhadap transisi sistem pangan dan perubahan produk. Perlu kehati-hatian dalam menjaga budaya yang berkelanjutan dan mengurangi penggunaan produk industri yang berkontribusi pada penggunaan pestisida.
Pentingnya menjaga kearifan lokal, etnosentrisme, dan keberlanjutan ekologi. Penekanan pada keberlanjutan dan kearifan lokal dapat mencegah degradasi lingkungan.
Pemikiran tentang kebijakan pembangunan, perubahan gaya hidup, dan pentingnya mendukung jurusan ilmu tanah untuk keberlanjutan ekologi. Dorongan untuk menyesuaikan jurusan dan pekerjaan dengan urgensi keberlanjutan dapat menciptakan perubahan positif.
Terakhir, pentingnya kolaborasi, kesadaran akan lingkungan, dan perubahan dalam paradigma masyarakat untuk mencapai keberlanjutan. Hambatan seperti korupsi dan ketidaksetaraan harus diatasi melalui transformasi sistemik dan partisipasi aktif dari semua pihak agar terwujudnya keadilan yang perlahan-lahan hadir.
Siapa lagi yang akan menjadi kontributor terbaik pada sektor pangan kalau bukan warga negaranya sendiri yang berdaulat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H