Bagaimana Sejarah Equestrianisme ?Â
Pernahkah mendengar kata equestrian ? atau olahraga equestrian ? sebutan mudahnya olahraga berkuda, kata equestrian berasal dari bahasa latin eques (artinya prajurit berkuda), kata ini tidak asing digunakan oleh bangsa romawi, siapa itu bangsa romawi ? Penelusuran literatur sejarah bangsa romawi jika membaca "SPQR: A History of Ancient Rome" karya Mary Beard seorang professor Ancient Literature (sastra kuno) dari Inggris merangkum bangsa romawi adalah bangsa yang hidup pada kekaisaran, tentu saja kekaisaran romawi atau populer disebut imperium.Â
Dulunya bangsa romawi mendiami republik romawi yang merupakan imperium terbesar di dunia dengan suku bangsanya suku romawi yang beragam dan bahasa kesehariannya adalah bahasa latin dengan budaya yang berkembang adalah budaya Yunani kuno.Â
Bangsa romawi pun disebut bangsa yang multikultural karena sudah banyak pencampuran dari berbagai lokasi dan asal-usul bahkan keturunan campuran dari lokasi diluar imperium romawi ini. Apa hubungannya dengan equestrian ? hal ini bisa langsung mengarah pada kegiatan militernya dengan pasukan berkuda bangsa romawi, karena zaman dahulu berperang dan berekspansi menggunakan kuda adalah bagian dari keberlangsungan hidup dan mempertahankan kekuasaan dan politiknya selama berabad-abad.Â
Jika ditanya, lantas negara mana saja yang termasuk lokasi berkehidupan bangsa romawi ini ? Ulasan literatur merujuk pada negara-negara peninggalan kekaisaran romawi yang jejaknya ada di semenanjung negara seperti : Italia, Prancis, Spanyol, Inggris, Yunani, Turki, Mesir, Libya, Aljazair, Suriah, Yordania, Â dan perlu bukti arkeologis untuk menjustifikasi wilayah peninggalan migrasi di bagian Asia dan Afrika dimana pasuka romawi pernah sampai berekspansi wilayah tersebut, dominasi romawi itu adalah negara-negara eropa dengan peninggalannya pun banyak disana, hari ini tentu saja sering melihat peninggalannya seperti beberapa patung, ukiran, arsitektur, peradaban yang terus ditransformasikan kajian historisnya, makanan, resep-resep romawi kuno yang sering menjadi rujukan diet-diet tertentu, dan hewan-hewan yang lestari seperti kuda ini yang terus berkembang biak. Â
Dikarenakan catatan sejarah equestrian dimulai dari pasukan berkuda bangsa romawi, hal ini sejalan dengan bahasan "The Age of the Horse" dan "If Wishes Were Horses: A Memoir of Equine Obsession" karya Susanna Forrest yang merupakan seorang penulis dan editor yang selalu menulis ketertarikannya tentang kuda, Forrest memiliki latar belakang pendidikan antropologi sosial dari University of Cambridge .
Karya nonfiksinya menjelaskan bahwa hubungan antara manusia dan kuda memiliki sejarah yang panjang semenjak 56 juta tahun yang lalu dari keberadaan kuda pertama kali ditemukan oleh manusia, secara latin sebutannya Equus caballus atau us ferus.Â
Hal ini diawali dari zaman tembaga secara historis dimana kudalah yang dijinakkan oleh manusia dan dijadikan mitra (dalam hal ini akan digunakan dan dimanfaatkan sebagai alat transportasi dan alat angkut karena memiliki efisiensi dalam mobilitas dan kuda masuk pada sejarah perkembangan peradaban manusia), hingga dari waktu ke waktu kuda digunakan dalam sektor : pertanian, perang, peternakan, sumber pangan dan olahan daging kuda, dan hewan koleksi untuk simbol kekayaan serta status sosial para petinggi kerajaan atau pemerintahan.Â
Evolusi hubungan budaya dan ekonomi secara arkeologis ditemukan pada peninggalan tembaga dan sejarah penggunaan kuda yang dikendalikan oleh manusia, dan inilah sejarah manusia yang tidak boleh dilupakan dimana ada beberapa hewan yang membersamai, salah satunya adalah kuda yang hingga saat ini masih ada dengan berbagai fungsinya.Â
Equestrianisme sebutan untuk tradisi berkuda dimana saat ini sudah bukan untuk kepentingan militer dalam peperangan, namun sudah beralih fungsi menjadi fungsi olahraga, atraksi, selebrasi, hewan koleksi dan sumber protein untuk substitusi konsumsi bahan pangan bahkan kultivasi kuda untuk menghadirkan kuda-kuda berkualitas dengan perkawinan-perkawinan dari induk unggulan sehingga bisa dikategorikan untuk kuda pacu, kuda polo (khusus olahraga polo/kuda beregu), kuda gembala, kuda angkut, dan kuda poni untuk hiburan dan koleksi hewan jinak piaraan.Â
Hari ini equestrianisme potensial untuk : pariwisata desa, pariwisata alam, pariwisata peternakan, pariwisata kebugaran (olahraga berkuda/equestrian), dan pariwisata etnogastronomi (dimana produksi daging kuda menjadi andalan sajian santapan yang menyumbangkan beberapa sumber gizi).Â