Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mengingat Kembali Protokol Kyoto, "Kompos Mengurangi Emisi CO2"

11 Juli 2023   08:52 Diperbarui: 11 Juli 2023   15:23 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses pengomposan membutuhkan udara yang cukup. Udara lebih penting daripada makanan dalam tumpukan kompos. Pengadukan tumpukan kompos memperkenalkan udara, tetapi kebutuhan ini dapat menjadi tantangan. Memastikan udara cukup penting dalam pengomposan yang efektif.

Pengomposan klasik melibatkan pengumpulan limbah nitrogen dan karbon dalam tumpukan kompos. Tumpukan harus memiliki ukuran minimal satu meter kubik dan perlu diberi air jika terasa kering. Proses ini perlu diulang tiga kali, tetapi pendekatan klasik seringkali rumit.

Limbah kayu memiliki tantangan tersendiri dalam pengomposan. Sedangkan, kompos realis dalam konteks pengomposan seperti mengolah limbah kayu, limbah dari taman, limbah rumah tangga, dan rumput yang dipotong untuk membuat kompos secara realistis.

Penggunaan kompos yang lebih luas oleh petani dan tukang kebun dapat memberikan kontribusi penting terhadap upaya pengurangan emisi CO2 sesuai Protokol Kyoto. 

Hal ini tentunya sudah terbiasa dilakukan oleh para peladang, petani, tukang kebun bahkan individu di pedesaan yang menggunakan sisa-sisa bahan baku untuk memberikan nutrisi bagi tanah agar tidak membeli pupuk sintesis dan menggemburkan tanah secara alami serta mengurangi sampah basah dari sisa-sisa pangan rumah tangga, mengapa orang desa bisa mudah dengan mengompos? 

Karena makanan yang dikonsumsi cenderung alami dengan pengolahan sederhana, sehingga minim sampah pangan bahkan minim kemasan. 

Sampah rumah tangga untuk campuran kompos| Sumber gambar: Dokumentasi pribadi 
Sampah rumah tangga untuk campuran kompos| Sumber gambar: Dokumentasi pribadi 

Sudah pernah membuat kompos? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun