Jika kegiatan anak muda memanglah berkegiatan pada hal-hal yang menurut perspektif kesejahteraan kebanyakan tidaklah menunjukkan kemampuan finansial atau kebahagiaan semu yang sering terlihat pada kanal-kanal media sosial (itu hanya sementara dan bisa saja hanya keperluan publikasi semata, kemampuan dan kebahagiaan hanya bisa dirasakan oleh diri masing-masing), misalkan anak muda gengsi berjualan gorengan di samping kampusnya, tidak perlu malu juga, tapi memang harus kuat mental untuk siatuasi dan kondisi sosial yang belum berbenah ini yang memang akan mengarah pada : cemoohan, ejekan, dan perundungan masih belum teratasi hingga kondusif.Â
Ekspresikanlah kegiatan-kegiatan apa adanya, dengan begitu beban-beban ekspektasi dan harapan yang belum dijangkau justru akan memberikan semangat pada kegiatan sederhana dan apa adanya, karena ada kekuatan keyakinan dari dalam diri dan melawan hambatan-hambatan yang ditakuti selama ini.Â
Kegiatannya bersekolah di sekolah atau kampus yang biasa saja, ekspresikan saja, hal ini memperlihatkan dan memberikan informasi bahwa masih ada orang-orang berkualitas dan generasi harapan bangsa dari sekolah-sekolah yang biasa saja, dan suatu saat bisa saja dirimulah yang akan membawa nama sekolah dan kampusmu karena adanya dirimu dan teman-temanmu kelak. Hal ini kan perlu waktu. Bersenang-senanglah dengan keasyikan fase kehidupan muda di sana, jika ada masalah tanganilah bersama-sama agar terbiasa dalam bahu membahu mengatasi masalah di masa mendatang. Kompetitif kan tidak selalu harus dilakukan untuk semua kegiatan, ada kalanya berkompetisi ada kalanya saling berbagi, berempati, dan kolaborasi. Misalnya berkompetisilah pada ujian, dan berempatilah ketika salah satu teman menatap kosong di kelasnya ketika waktu istirahat, rangkulah teman seperti itu. Setidaknya kehadiranmu adalah penambah semangat dan berkah yang dititipkan kepadamu selaku teman.Â
Jika keadaan kehidupan memanglah termasuk pada kelompok status sosial yang tidak sejahtera, tidak perlulah mati-matian memoles keadaan diri menjadi kehidupan yang palsu hanya untuk mendapat verifikasi identitas dari hanya 1-2 orang saja, hal ini akan membuang banyak tenaga dan menambah pikiran, karena hal ini akan berujung pada penyimpangan sosial yang tidak diharapkan, hanya gara-gara tidak menggunakan gadget mirip influencer kemudian jadi rendah diri, bukan seperti itu dalam menyikapi dinamika sosial pada kehidupan modern, beranilah dengan gadget seadanya namun tujuan hidupmu tercapai setahap demi setahap usaha dan do'a yang menyertaimu.Â
Ketika mensyukuri banyak nikmat dan sambil terus mengusakan mencapai keinginan, harapan, dan impian, hal-hal yang menurut orang lain biasa saja, justru akan terasa luar biasa jika dilakukan dengan kejujuran pada diri sendiri. Motivasi itu terbentuk seketika karena kekuatan adaptif dari pikiran, perbuatan, dan kegiatan yang dilakukan.Â
Sudahkah meninggalkan sejenak rasa gengsi ini ? Rasanya ringan sekali jika tidak ada beban hanya karena omongan orang atau kelompok sosial. Anggap saja itu bahan bakar untuk jauh lebih sukses kedepannya dan sebagai pengingat nyata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H