Bandotan adalah gulma pertanian dari suku Asteraceae. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis dan telah menyebar di wilayah Nusantara. Bandotan memiliki batang tegak atau merayap, daun berambut panjang, dan bunga berkumpul dalam bongkol. Buahnya berbentuk kurung dengan sisik putih.
Bandotan pun populer dengan sebutan di daerah sunda Tasikmalaya dengan sebutan : jukut bau dan babadotan sedangkan di daerah Jawa lainnya sering disebut wedusan. Sering ditemukan di area liar bahkan sering dibuang begitu saja karena sering mengganggu dan tidak indah dipandang, namun fungsi bandotan ini berfungsi dari daunnya secara turun-temurun digunakan orang sunda sebagai obat luar untuk ditumbuk dengan daun sirih sebagai penyembuh luka, adapun ramuan tradisional yang melibatkan produk obat untuk dikonsumsi biasanya digunakan untuk pereda diare dengan cara merebus daunnya (namun jika tidak terbiasa tidak usah dilakukan karena memiliki aroma dan rasa langu, sehingga akan menyebabkan pusing).Â
Cincau (Cyclea barbata)
Cincau di Tasikmalaya sendiri disebut dengan camcauh, dan sering diolah untuk minuman yang segar dicampur santan dan gula aren dan disajikan dingin, konsumen atau penikmat cincau biasanya terkenal untuk menurunkan darah tinggi/hipertensi, selebihnya dinikmati saja untuk makanan penutup yang menyegarkan, cincau sering ditemukan di pekarangan, semak belukar, dan di hutan atau kebun, karena kemudahan pembuatannya maka cincau masih sangat diminati dan bisa menjadi penghematan jika ingin menikmati kudapan yang kenyal seperti jeli/jelly.Â
Dadap Serep  (Albizia lebbeck)
Terkenal dengan sebutan daun dadap, kegunaannya sering digunakan dari bagian daun dan kulit kayunya, daunnya sering digunakan untuk pengobatan alternatif seperti demam dan nifas.Â
Namun, keberadaan daun dadap tergantikan oleh tanaman hias lainnya, dikarenakan tumbuhnya yang menjulang dan menghabiskan tempat sehingga kebanyakan dipangkas dan tidak sengaja dijadikan koleksi pekarangan.Â
Eceng Gondok (Pontederia crassipes)
Eceng gondok adalah tumbuhan air mengapung dengan pertumbuhan cepat. Dikenal sebagai gulma yang merusak lingkungan perairan, tumbuhan ini dapat menyebar dengan mudah. Eceng gondok memiliki tinggi sekitar 0,4-0,8 m, daun oval berwarna hijau, dan bunga berbentuk bulir. Tumbuh di kolam, rawa, danau, serta sungai.
Sebutan untuk eceng gondok beragam seperti : Water hyacinth (global), eceng gondok (sunda), Kembang bopong (Jawa), dan Kelipuk (Palembang). Terlepas dari konteks gulma,eceng gondong sering terlihat di kolam-kolam ikan, selain berfungsi untuk membersihkan dari racun, secara fungsional eceng gondong sering diragukan untuk difungsikan untuk hal lain seperti : obat, secara tradisi sunda kuna daun eceng gondok berguna untuk obat tempel pada bagian tubuh yang bengkak, hal ini dikarenakan eceng gondok mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Saponin berfungsi melindungi dari infeksi dan mengurangi ketebalan minyak di permukaan air.Â
Flavonoid sebagai antioksidan melindungi dari kerusakan oksidatif, Polifenol memiliki efek biologis yang melindungi dari kerusakan oksidatif dan stres lingkungan. Senyawa ini penting untuk perlindungan dan dukungan metabolik eceng gondok.