Adakah yang masih memaksimalkan berbagai tanaman  yang tumbuh di pekarangan dan sekitarnya untuk ditelisik potensinya dan dimanfaatkan baik untuk keperluan konsumsi atau pengobatan ? Jika ya, berarti masih ada informasi dari mulut ke mulut dari tradisi distribusi informasi dari pendahulunya atau pengetahuan lokal yang dihimpun oleh masyarakat dan disebarkan, namuan jika sudah jarang artinya, keadaan ini sudah mendekati ekslusif karena keberadaan tanaman liar hanya akan menarik ketika disampaikan dalam forum ilmiah sedangkan keberadaan tanaman liar dan kebermanfaatannya sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat lokal, karena ketradisionalnya dan tidak diberikan harga tertentu hal-hal seperti meramu sepertinya sudah teralienasi oleh berbagai persyaratan kaidah sesuai standar, namun ketika membaca hasil penemuan ilmiah yang dikaji oleh para ahli, maka akan tersadarlah bahwa potensi tanaman liar akan sangat berguna bahkan bermanfaat untuk penopang ketersediaan pangan, jika jumlahnya banyak dan berlimpah akan menjadi asupan tambahan yang bisa didapatkan secara cuma-cuma atau gratis, hal ini bukankah akan mengurangi biaya konsumsi yang harus dibeli dan dianggarkan, jika informasi tanaman liar diketahui tanpa ada potongan informasi generasi/gap information.Â
Jika membaca buku yang ditulis oleh seorang ahli tanaman dan tanaman obat dari Pakistan, Shabnum Shaheen dkk yang berjudul Edible Wild Plants: An alternative approach to food security menyimpulkan bahwa makanan liar mencakup sumber daya tumbuhan dan hewan yang tidak terdomestikasi, dikumpulkan dan diburu dari hutan untuk dimakan. Tanaman liar yang dapat dimakan didefinisikan sebagai tanaman yang bagian-bagiannya dapat dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan dan pedesaan. Penting untuk mengidentifikasi tanaman yang dapat dimakan agar tidak terjadi konsekuensi buruk.Â
FAO mendefinisikan tanaman liar yang dapat dimakan sebagai tanaman yang tumbuh secara alami dan tidak tergantung pada tindakan manusia karena spesies ini adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber makanan, tidak dibudidayakan, dan diperoleh dari habitat liar mereka. Makanan liar memiliki potensi beracun, obat, pahit, berkayu, atau berbulu.
Sumber makanan liar ini juga dapat disebut sebagai sayuran liar karena secara gizi layak dan memiliki kemampuan tumbuh di alam liar, dan elemen penting dalam ekosistem alami dan pertanian karena memiliki kualitas gizi yang diperlukan seperti mikro- dan makronutrien, vitamin, protein, lemak, dan serat. Tanaman liar sering dianggap sebagai pabrik hijau yang alam telah berikan kepada kita, dan sejak zaman kuno berperan dalam meningkatkan kesehatan manusia serta dalam menjaga produktivitas pertanian yang seimbang.
sumber gambar : instagram.com/indonesianfoodanthropology
![sumber gambar : instagram.com/indonesianfoodanthropology](https://assets.kompasiana.com/items/album/2023/07/05/13-64a4b3d7e1a1672e4c0b09b2.png?t=o&v=770)
Adas (Foeniculum vulgare Miller)
Adas atau yang sering dikenal dengan adas pedas, adalah tanaman bumbu dan obat yang menghasilkan minyak adas dari bijinya. Tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Adas memiliki daun hijau terang, bunga kuning kecil, dan biji kering. Minyak adas digunakan dalam industri obat-obatan dan sebagai bumbu masak. Tanaman adas dapat diperbanyak melalui biji atau pemisahan anak tanaman. Adas juga merupakan komoditas ekspor dan tumbuh subur di ketinggian 1.800 meter. Adas terkenal di pasaran sebagai tanaman dari Anglo-Saxon (Anglo-Saxon mengacu pada kelompok etnis Jermanik yang mendiami Inggris dari abad ke-5 hingga ke-11 M. Mereka memiliki budaya, bahasa, dan tradisi mereka sendiri. Pada periode ini, Inggris terdiri dari beberapa kerajaan Anglo-Saxon yang kemudian menjadi cikal bakal negara modern Inggris).Â
Fungsi adas di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia adalah sebagai bumbu, penambah rasa dan obat-obatan terutama dibuat minyak, untuk produk industri ditambahkan pada minyak gosok, minyak bayi, minyak telon, dan minyak terapi. Â Di Jawa Barat sendiri adas sebutannya daun Hades, sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebutannya Adas Landi, sedangkan sebutan populer adas adalah "Fennel".Â
Adas untuk masyarakat sunda di Tasikmalaya terkenal digunakan untuk penyembuh Nyari haid, perut kembung dan kurang nafsu makan dan diolahnya hanya dengan ditumbuk dan diseduh untuk dinikmati selagi hangat, sedangkan daunnya bisa disayur , namun sudah jarang yang menyajikan ini, penggunaan lainnya adalah untuk minyak gosok dan sudah jarang digunakan juga karena sudah banyak produk pabrik yang dijual di apotek sehingga sudah jarang yang membuatnya. Adas masih sering ditemukan di pekarangan penduduk yang memiliki koleksi TOGA (Tamanan Obat Keluarga) di pekarangannya, dan masih tersedia di sekitar yang mengarah pada area perkebunan.Â
Bandotan (Ageratum conyzoides)
Bandotan adalah gulma pertanian dari suku Asteraceae. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis dan telah menyebar di wilayah Nusantara. Bandotan memiliki batang tegak atau merayap, daun berambut panjang, dan bunga berkumpul dalam bongkol. Buahnya berbentuk kurung dengan sisik putih.
Bandotan pun populer dengan sebutan di daerah sunda Tasikmalaya dengan sebutan : jukut bau dan babadotan sedangkan di daerah Jawa lainnya sering disebut wedusan. Sering ditemukan di area liar bahkan sering dibuang begitu saja karena sering mengganggu dan tidak indah dipandang, namun fungsi bandotan ini berfungsi dari daunnya secara turun-temurun digunakan orang sunda sebagai obat luar untuk ditumbuk dengan daun sirih sebagai penyembuh luka, adapun ramuan tradisional yang melibatkan produk obat untuk dikonsumsi biasanya digunakan untuk pereda diare dengan cara merebus daunnya (namun jika tidak terbiasa tidak usah dilakukan karena memiliki aroma dan rasa langu, sehingga akan menyebabkan pusing).Â
Cincau (Cyclea barbata)
Cincau di Tasikmalaya sendiri disebut dengan camcauh, dan sering diolah untuk minuman yang segar dicampur santan dan gula aren dan disajikan dingin, konsumen atau penikmat cincau biasanya terkenal untuk menurunkan darah tinggi/hipertensi, selebihnya dinikmati saja untuk makanan penutup yang menyegarkan, cincau sering ditemukan di pekarangan, semak belukar, dan di hutan atau kebun, karena kemudahan pembuatannya maka cincau masih sangat diminati dan bisa menjadi penghematan jika ingin menikmati kudapan yang kenyal seperti jeli/jelly.Â
Dadap Serep  (Albizia lebbeck)
Terkenal dengan sebutan daun dadap, kegunaannya sering digunakan dari bagian daun dan kulit kayunya, daunnya sering digunakan untuk pengobatan alternatif seperti demam dan nifas.Â
Namun, keberadaan daun dadap tergantikan oleh tanaman hias lainnya, dikarenakan tumbuhnya yang menjulang dan menghabiskan tempat sehingga kebanyakan dipangkas dan tidak sengaja dijadikan koleksi pekarangan.Â
Eceng Gondok (Pontederia crassipes)
Eceng gondok adalah tumbuhan air mengapung dengan pertumbuhan cepat. Dikenal sebagai gulma yang merusak lingkungan perairan, tumbuhan ini dapat menyebar dengan mudah. Eceng gondok memiliki tinggi sekitar 0,4-0,8 m, daun oval berwarna hijau, dan bunga berbentuk bulir. Tumbuh di kolam, rawa, danau, serta sungai.
Sebutan untuk eceng gondok beragam seperti : Water hyacinth (global), eceng gondok (sunda), Kembang bopong (Jawa), dan Kelipuk (Palembang). Terlepas dari konteks gulma,eceng gondong sering terlihat di kolam-kolam ikan, selain berfungsi untuk membersihkan dari racun, secara fungsional eceng gondong sering diragukan untuk difungsikan untuk hal lain seperti : obat, secara tradisi sunda kuna daun eceng gondok berguna untuk obat tempel pada bagian tubuh yang bengkak, hal ini dikarenakan eceng gondok mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Saponin berfungsi melindungi dari infeksi dan mengurangi ketebalan minyak di permukaan air.Â
Flavonoid sebagai antioksidan melindungi dari kerusakan oksidatif, Polifenol memiliki efek biologis yang melindungi dari kerusakan oksidatif dan stres lingkungan. Senyawa ini penting untuk perlindungan dan dukungan metabolik eceng gondok.
Bagaimana dengan isi pekarangan anda ? adakah tanaman liar yang berguna yang masih digunakan untuk makanan atau pengobatan ?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI